Laba Bersih BTPN Terbang 55 Persen Jadi Rp3,1 Triliun pada 2021
- PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatatkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp3,10 triliun sepanjang 2021.
Korporasi
JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk (BTPN) mencatatkan laba bersih konsolidasian sebesar Rp3,1 triliun sepanjang 2021, melesat 55% dari Rp2 triliun pada Desember 2020. Capaian ini seiring pendapatan operasional BTPN yang naik 6% dari Rp12,3 triliun pada 2020 menjadi Rp13,1 triliun pada 2021.
Sementara biaya kredit Bank BTPN susut dari Rp2,8 triliun pada 2020 menjadi Rp2,1 triliun tahun 2021. Adapun beban operasional naik 1% dari Rp6,8 triliun pada 2020 menjadi Rp6,9 triliun tahun 2021.
Direktur Keuangan Bank BTPN Hanna Tantani menyatakan, jika diirinci, pendapatan bunga bersih atau NIM naik 5% dari Rp10,6 triliun pada 2020 menjadi Rp11,1 triliun tahun 2021. Pendapatan operasional lainnya naik 16% dari Rp1,6 triliun tahun 2020 menjadi Rp 1,9 triliun pada 2021.
- Progres Konstruksi Jalan Tol Cimanggis-Cibitung Capai 75,59 Persen
- PTPP Buka Lowongan Kerja, Cek Syarat dan Posisinya!
- Pantas Tidak Segera Kaya, Ternyata 5 Kebiasaan Ini Bikin Anda Sulit Memiliki Banyak Uang
Penyaluran kredit BTPN turun 1% dari Rp126,68 triliun pada 2020 menjadi Rp125,15 triliun tahun 2021. Kredit khusus di segmen ESG atau LST mencapai Rp12,5 triliun atau 10% dari total penyaluran kredit.
BTPN pun tercatat mampu menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang terjaga di level 1,63% (gross) dan 0,39% (net) per 31 Desember 2021, dari tahun 2020 di level 1,21% (gross) dan 0,5% (net).
“NPL gross kami lebih baik dari rata-rata industri,” kata Hanna di sela bincang-bincang dengan Media, Kamis, 24 Februari 2022.
- Usai Taksonomi Hijau, Ini Langkah OJK Selanjutnya dalam Mendukung Keuangan Berkelanjutan
- Indonesia Urutan Ke-2, Inilah Daftar Negara dengan Utang Vaksinasi Terbesar ke Bank Dunia
- Triniti Land (TRIN) Raup Marketing Sales Rp494 Miliar, Melonjak 59 Persen pada 2021
Hanna menambahkan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami kenaikan sebesar 9% dari Rp100,78 triliun tahun 2020 menjadi Rp109,38 triliun pada 2021. Kenaikan itu berasal dari dana murah atau current account saving account (CASA) yang tumbuh 37% dari Rp27,69 triliun menjadi Rp37,87 triliun.
Dari sisi aset, BTPN mencatatkan total aset naik 5% menjadi Rp191,91 triliun 2021, dibanding Rp183,16 triliun pada 2020.
Digital Banking Bidik Milennial dan Segmen Menengah Atas
Direktur Utama Bank BTPN Ongki Wanadjati Dana menambahkan, perusahaan akan terus mengembangkan Jenius, layanan digital banking perusahaan agar memiliki lebih banyak fitur dan nasabah bisa lebih aktif bertransaksi di ekosistem mereka.
Diakui, jumlah nasabah maupun transaksi lewat Jenius tumbuh signifikan tahun 2021. Sudah lebih dari 3 juta pengguna terdaftar di Jenius meskipun ada keterbatasan mobilitas sosial. Dalam jangka menengah, ditargetkan pengguna Jenius mencapai 5 juta nasabah.
Dengan keseriusannya menggarap digital banking, tak tanggung-tanggung, bank milik grup Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) ini mengalokasikan belanja di sektor teknologi informasi (IT) sekitar Rp300 miliar hingga Rp400 miliar setiap tahunnya. Ini dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur untuk mendukung digitalisasi di sebanyak mungkin proses perbankan perusahaan.
Dari awal membangun Jenius, perusahaan sudah punya strategi mapan. Perusahaan menyasar segmen menengah atas dan digital savvy atau milenial berdasarkan kekuatan dan kemampuan perusahaan. BTPN dalam 4 tahun atau 5 tahun terakhir fokus membangun aspek keamanan, keandalan, dan kepercayaan (trust) nasabah.
"Kami terus berinovasi melengkapi produk yang dibutuhkan nasabah sesuai dengan masukan mereka seperti QRIS, history of finance transaction, kolaborasi dengan Visa untuk debit card, wealth management untuk nasabah prioritas,. Termasuk juga digital banking untuk segmen korporasi akan kami implementasikan di Indonesia, karena ini juga salah satu expertise-nya SMBC,” kata Ongki.
Ke depan, perusahaan tidak berencana menjadi bank digital murni, mengingat masih ada nasabah senior yang saat ini masih menginginkan mendatangai kantor cabang. Perusahaan memilih model bisnis hybrid, yakni tetap ada kantor cabang dan regional manager namun memperbanyak penggunaan teknologi digital untuk semua proses perbankan.