Laba Bersih Mitratel (MTEL) Semester I-2023 Naik 15 Persen jadi Rp1,02 Triliun
- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel meraup laba bersih Rp1,02 triliun.
Korporasi
JAKARTA - Emiten menara telekomunikasi PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel, meraup laba bersih Rp1,02 triliun pada semester I 2023. Angka ini tumbuh 15% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp891,54 miliar.
Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama mengatakan kontributor utama pendapatan Mitratel pada paruh pertama tahun ini adalah penyewaan menara yang mencapai Rp3,45 triliun atau 83,6% dari total pendapatan perseroan.
Hendra meyakini bahwa dalam bisnis menara, penguasaan jumlah menara sangat penting karena berdampak pada pertumbuhan bisnis yang stabil dan berkelanjutan.
"Ini yang menjadi alasan mengapa kami agresif menambah jumlah menara dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya pendapatan akan terus tumbuh secara stabil," ujar Hendra dikutip Kamis, 27 Juli 2023.
Berdasarkan laporan keuangan semester I-2023 yang dipublikasikan hari ini, pendapatan Mitratel tumbuh 11% (yoy) menjadi Rp4,13 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,73 triliun.
Mitratel memiliki menara terbanyak di Indonesia dengan jumlah 36.719 menara. Sejalan dengan jumlah menara, Mitratel juga memiliki tenan menara terbanyak dengan 54.718 tenan.
Pendapatan Mitratel berikutnya disumbang oleh bisnis reseller, yakni penyewaan menara yang tidak dimiliki oleh Mitratel. Bisnis tersebut menyumbang pendapatan Rp309 miliar, turun 8,8 persen karena sebagian tenant dari reseller memutuskan untuk menyewa menara yang dimiliki oleh Mitratel secara langsung. Artinya, pendapatan yang diraih emiten berkode saham MTEL tentu menjadi lebih besar karena perpindahan tersebut.
Berikutnya adalah pendapatan yang dihasilkan unit bisnis yang terkait dengan menara, seperti jasa penyediaan listrik ke menara atau power to the tower. Unit bisnis itu menghasilkan pendapatan Rp282 miliar ke Mitratel dalam enam bulan.
- Geliat Pelaku UMKM Kian Meningkat, BRI Bidik Porsi Loan at Risk Kembali Single Digit
- OJK Tetapkan Saham Mandiri Herindo (MAHA) Sebagai Efek Syariah
- Baru IPO, Saham Sinergi Inti Andalan Prima (INET) jadi Efek Syariah
Pembangunan Menara Baru
Sepanjang 2023, Mitratel telah membangun 304 menara baru dan mengakuisisi 997 menara milik Indosat. Bila ditarik ke lima tahun terakhir, Mitratel telah mengakuisisi 21.000 menara.
Lokasi menara telekomunikasi Mitratel sebanyak 15.354 di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58 persen dari total menara. Dari sisi tenancy, penambahan tenan di luar jawa sebesar 26 persen, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22 persen.
Bukan hanya di menara, Mitratel juga agresif mengakuisisi dan membangun jaringan fiber optik. Mitratel saat ini memiliki fiber optic sepanjang 27.269 km, dimana 6.012 km diantaranya berasal dari akuisisi pada akhir 2022.
Sebagai bisnis yang padat belanja modal, profitabilitas Mitratel cukup baik dengan EBITDA mencapai Rp3,35 triliun pada semester I 2023, meningkat 16,1 persen (yoy). Rasio EBITDA Margin membaik menjadi 81,2 persen dibandingkan setahun sebelumnya 77,5 persen.
Tak hanya EBITDA Margin, rasio rentabilitas Mitratel lainnya juga meningkat, yakni Return on Asset (ROA) 3,6 persen dari sebelumnya 3,2 persen dan Return on Equity mencapai 6,2 persen dari sebelumnya 5,3 persen.
Mitratel pada akhir Juni 2023 membukukan kenaikan aset sebesar 1,3 persen menjadi Rp56,79 triliun dan total ekuitas Rp33,06 triliun. Debt to Equity Ratio(DER) tercatat 0,47x yang mencerminkan rasio utang yang sehat.
Mengacu pada laporan arus kas perseroan per akhir Juni 2023, Mitratel telah merogoh kocek sebanyak hampir Rp3 triliun untuk investasi berupa akuisisi dan pembangunan menara. Artinya, biaya yang dikeluarkan Mitratel untuk mendapatkan 1.301 menara sepanjang 2023, setara dengan hampir Rp2 miliar per menara.
Mitratel menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp7 triliun untuk tahun 2023. Apabila dana yang terserap untuk investasi dan belanja modal hampir Rp3 triliun (43 persen realisasi), maka sampai dengan akhir tahun, perseroan masih memiliki ruang Rp4 triliun.