<p>Petugas PGN tengah melakukan pengecekan rutin Gas Engine di Plaza Indonesia. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Laba Bersih Turun 69% di 2019, Ini Strategi PGN Genjot Profibilitas

  • JAKARTA – Penurunan kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN mengundang tanya Bursa Efek Indonesia. Sub holding minyak dan gas (migas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini pun langsung memaparkan strategi yang disiapkan untuk meningkatkan kinerjanya. Seperti surat tertanda Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama yang dipublikasikan hari ini, Rabu, 17 Juni 2020. Salah […]

Industri
Issa Almawadi

Issa Almawadi

Author

JAKARTA – Penurunan kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS) atau PGN mengundang tanya Bursa Efek Indonesia. Sub holding minyak dan gas (migas) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini pun langsung memaparkan strategi yang disiapkan untuk meningkatkan kinerjanya.

Seperti surat tertanda Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama yang dipublikasikan hari ini, Rabu, 17 Juni 2020. Salah satu yang dijelaskan Rachmat adalah strategi untuk meningkatkan profibilitas perseroan, mengingat pada 2019 PGN mencatat penurunan laba bersih sebesar 69% dari US$365 juta menjadi US$113 juta.

Rachmat menyampaikan, perseroan tetap mengupayakan keberlangsungan pelayanan terbaik melalui implementasi business continuity management yang meliputi, evaluasi atas proses bisnis yang terdampak, penerapan business continuity plan, dan business continuity risk.

“Sehingga kehandalan dan kelangsungan kegiatan penyaluran gas bumi serta pengembangan ke depan dapat terus dijalankan,” tulis Rachmat.

Rachmat juga menambahkan, untuk menjaga kelangsungan bisnis, perseroan telah menyiapkan langkah-langkah penanganan dan mitigasi terhadap dampak pandemi COVID-19 ini dalam empat bidang utama, salah satunya workforce protection, dalam bentuk work from home (WFH) selama kondisi emergency, klinik online, webinar kesehatan, sanitasi dan disinfektan area perkantoran, protokol kesehatan untuk kegiatan di kantor.

Ada juga infrastructure stabilization, dengan melaksanakan protokol operasi jaringan dengan fasilitas kritikal dengan minimum human operator untuk tetap menjaga kehandalan jaringan. Kemudian, supplier & customer engagement, melalui penyesuaian kontraktual hulu, dan pelanggan khususnya terkait commercial term, kebijakan harga hulu gas bumi, insentif pemerintah dalam rangka menjaga sustainability bisnis perseroan di tengan perlambatan ekonomi dan penyesuaian harga gas bumi.

“Serta financial stress testing, dengan melakukan efisiensi OPEX & CAPEX (operational expenditure and capital expenditure), evaluasi keekonomian, rencana investasi, exercise liability management, improvement business plan niaga gas bumi,” jelas Rachmat.

Meningkatkan Penjualan

Profibilitas PGN tidak mungkin naik begitu saja tanpa meningkatkan penjualan. Untuk itu, perseroan juga sudah memiliki beberapa strategi yang siap diterapkan.

Salah satunya peningkatan keekonomian untuk penjualan ke segmen komersial dan rumah tangga melalui dukungan pemerintah terkait kebijakan harga hulu gas bumi.

Selain itu, PGN juga akan meeningkatkan volume penjualan kepada pelanggan industri Keputusan Menteri ESDM Nomor 89K/10/MEM/2020 tentang Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri (Kepmen 89) dengan pengikatan komitmen pelanggan untuk menggunakan gas sesuai pengaturan dari Pemerintah.

“Hal ini sekaligus sebagai upaya memitigasi potensi Take or Pay (ToP) dengan menetapkan volume alokasi Kepmen 89 sebagai volume maksimum dalam PJBG pelanggan yang merupakan 105% dikali volume minimum. Sementara volume minimum adalah kewajiban minimal penyerapan dan penagihan kepada pelanggan Kepmen 89,” jelas Rachmat.

Tidak hanya itu, perseroan juga akan memanfaatkan sisa alokasi yang belum dimanfaatkan oleh industri dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN dalam Kepmen 89 dan Keputusan Menteri ESDM Nomor 91K/12/MEM/2020 tentang Harga Gas Bumi di Pembangkit Tenaga Listrik (Plant Gate) (Kepmen 91) untuk industri non kepmen.

Di sisi lain, PGN menjual gas kepada pelanggan korporat di antaranya Grup PLN, maupun segmen industri baru lainnya seperti sektor pupuk dan kilang . “Juga meningkatkan profitabilitas penjualan harga gas, diantaranya melalui penyesuaian harga gas kepada pelanggan industri non kepmen,” imbuh Rachmat. (SKO)