<p>Gedung BRI di Kawasan Sudirman, Jakarta Pusat. / Bri.co.id</p>
Industri

Laba BRI Semester I-2020 Anjlok 36,9% Jadi Rp10,2 Triliun

  • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI membukukan laba bersih Rp10,2 triliun pada semester I-2020. Perolehan laba bersih itu anjlok 36,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp16,1 triliun.

Industri
Sukirno

Sukirno

Author

JAKARTA – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BRI membukukan laba bersih Rp10,2 triliun pada semester I-2020. Perolehan laba bersih itu anjlok 36,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp16,1 triliun.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan perolehan laba konsolidasi tersebut terjadi lantaran perseroan fokus menyelamatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang terdampak pandemi COVID-19.

“Meski kita fokus pada penyelamatan UMKM, bisnis kami masih tumbuh. Laba konsolidasian mencapai Rp10,20 triliun. Aset Rp1.387,76 triliun atau tumbuh 7,73 persen,” kata Sunarso saat jumpa pers secara virtual di Jakarta, Rabu, 19 Agustus 2020.

Berbeda dengan krisis sebelumnya, lanjut Sunarso, krisis kali ini berdampak ke seluruh lapisan masyarakat terutama kepada pelaku UMKM akibat adanya pembatasan-pembatasan yang dilakukan. Sejak awal pandemi terjadi, BRI telah berkomitmen untuk fokus melakukan upaya penyelamatan dan membantu kebangkitan UMKM.

Restrukturisasi Kredit

Upaya masif yang dilakukan oleh BRI untuk membantu UMKM tetap bertahan di masa pandemi, di antaranya melakukan restrukturisasi kredit. Hingga 31 Juli 2020, BRI telah melakukan restrukturisasi pinjaman senilai Rp183,7 triliun kepada 2,9 juta debitur.

Perseroan juga berupaya mengakselerasi aktivitas ekonomi pelaku UMKM diantaranya dengan terus menyalurkan pinjaman secara selektif. Hingga akhir Juni 2020, tercatat BRI telah menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp922,97 triliun atau tumbuh 5,23% yoy. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan pada Juni 2020 sebesar 1,49% yoy.

Dari total pinjaman tersebut, sebesar 78,58% di antaranya atau senilai Rp725,27 triliun disalurkan ke segmen UMKM. Perseroan menargetkan 80% portofolio pinjaman BRI pada 2022 mendatang merupakan pinjaman yang disalurkan ke segmen UMKM.

Memasuki semester II-2020, fokus BRI yaitu membangkitkan kembali para pelaku UMKM, karena untuk restrukturisasi kredit di bulan Juni dan Juli sudah melandai dibandingkan dengan periode April dan Mei yang lalu. Gencarnya restrukturisasi yang dilakukan dibarengi dengan penyaluran kredit yang selektif mampu membuat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) BRI konsolidasian terjaga di angka 3,13% dengan NPL Coverage 187,73% pada akhir Juni 2020.

“Bagi kami, pertumbuhan yang sustainable dalam jangka panjang merupakan hal utama. Oleh karenanya kami berjibaku untuk memastikan debitur UMKM BRI bertahan karena menjadi sumber penggerak pertumbuhan ekonomi di Indonesia serta tumpuan bisnis BRI di masa depan,” ujar Sunarso.

Dana Pihak Ketiga

Dari segi liabilitas, BRI mampu menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga dua digit. Hingga akhir Juni 2020, DPK BRI konsolidasian tercatat Rp1.072,50 triliun, tumbuh 13,49% yoy di mana pencapaian itu lebih tinggi dari penghimpunan DPK industri perbankan di Juni 2020 yang tercatat sebesar 7,95% yoy. DPK BRI didominasi oleh dana murah (CASA) sebesar 55,81%.

Di sisi lain, pandemi mampu mendorong transaksi digital di BRI sehingga mampu mendongkrak pencapaian pendapatan berbasis komisi. Hingga akhir semester I-2020, pendapatan berbasis komisi BRI tercatat sebesar Rp7,46 triliun atau tumbuh 18,59% yoy. Strategi yang telah diterapkan perusahaan untuk tetap tumbuh di tengah pandemi ini membuahkan hasil yang positif.

BRI juga mampu menjaga loan to deposit ratio (LDR) secara ideal di angka 86,06%, atau lebih rendah dengan LDR BRI di akhir Juni 2019 sebesar 92,81%. Sementara itu, permodalan BRI mampu dijaga dengan optimal dengan CAR 20,15%. Krisis yang tengah terjadi saat ini menjadi akselerator transformasi yang telah dilakukan BRI sejak 2016 lalu.

Sunarso menambahkan transformasi yang dilakukan juga sebagai upaya untuk menjaga keberlangsungan UMKM dengan membawa misi membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

“Meningkatkan produktivitas UMKM artinya sama dengan meningkatkan penyerapan tenaga kerja karena UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia,” kata Sunarso. (SKO)