Laba Gudang Garam (GGRM) Terus Menipis, Ini Penyebabnya!
- Laba bersih perusahaan rokok milik taipan Susilo Wonowidjojo ini melorot hingga 50,4%
Korporasi
JAKARTA – Kenaikan cukai hasil tembakau (CHT) dari tahun ke tahun terbukti ampuh membebani performa keuangan produsen rokok.
Usut punya usut, terkikisnya laba bersih perusahaan rokok utamanya bukan dari berkurangnya pendapatan, melainkan biaya pokok penjualan yang makin mencekik. Biaya penjualan terbesar berasal dari pita cukai, PPN, dan pajak rokok.
- Segera Uninstall! Inilah 3 Aplikasi yang Menguras Baterai Ponsel Anda
- Pendaftaran Modifikasi Motor Listrik Sudah Dibuka! Ini Tahapannya
- Persib Bandung Dikaitkan dengan Eks Bek Napoli, Nilai Pasarnya Rp26 Miliar
- Kebakaran Kilang Pertamina jadi Momok bagi Kinerja Saham PGEO
Misalnya saja PT Gudang Garam Tbk, sependek catatan TrenAsia, sejak 2019 hingga 2022, kenaikan ketiga biaya yang masuk ke kantong negara tersebut terbukti berkorelasi negatif dengan laba bersih perseroan. Meskipun dalam periode tersebut, Gudang Garam berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan.
Kita mulai dari 2019, kala itu perusahaan asal Kediri ini mengantongi pendapatan sebesar Rp110,52 triliun. Dengan dikurangi pita cukai, PPN, dan pajak rokok senilai Rp68,22 triliun, laba bersih yang berhasil dibawa pulang adalah Rp10,88 triliun.
Masuk ke 2020, pemerintah memutuskan tetap menaikkan cukai hasil tembakau (CHT) meskipun tengah dilanda pandemic COVID-19. Hasilnya, biaya pita cukai, PPN, dan pajak rokok terungkit jadi Rp78,66 triliun.
Alhasil, laba bersih GGRM anjlok jadi Rp7,64 triliun kendati perseroan tetap mencatatkan pertumbuhan penjualan menjadi Rp114,47 triliun.
Hubungan negatif ini masih terbukti di tahun buku 2021, di mana GGRM kembali menelan pembengkakan biaya pita cukai, PPN, dan pajak rokok sebesar Rp91,09 triliun. Di sisi lain, Gudang Garam terus meningkatkan pendapatan menjadi Rp121,88 triliun.
Nasib, kenaikan pendapatan nyatanya tak berhasil menyelamatkan laba bersih perseroan. Finalnya, laba bersih GGRM menciut jadi Rp5,60 triliun.
Hingga puncaknya, laba bersih perusahaan rokok milik taipan Susilo Wonowidjojo ini melorot hingga 50,4% yang mana salah satu pemicunya adalah kenaikan beban pita cukai, PPN, dan pajak rokok yang naik jadi Rp97,59 triliun.
Menurut laporan keuangan 2022, emiten bersandi saham GGRM ini mencatat laba bersih sebesar Rp2,77 triliun, menurun dari Rp5,6 triliun pada 2021. Penurunan laba bersih terjadi seiring dengan pendapatan yang turun 0,15% yoy dari Rp124,88 triliun menjadi Rp124,68 triliun.