Waskita Karya
Korporasi

Laba Kotor Waskita Karya (WSKT) Naik 21,47 Persen jadi Rp400 Miliar pada Kuartal I-2023

  • PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) membukukan laba kotor sebesar Rp400 miliar pada kuartal I-2023. Angka tersebut terhitung meningkat 21,47%dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Korporasi
Muhammad Farhan Syah

Muhammad Farhan Syah

Author

JAKARTA - PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) membukukan laba kotor sebesar Rp400 miliar pada kuartal I-2023. Angka tersebut terhitung meningkat 21,47% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).

SVP Corporate Secretary Waskita Karya mengatakan, sejalan dengan meningkatnya perolehan laba kotor perseroan, pihaknya turut mencatat adanya peningkatan pada EBITDA pada kuartal I-2023 yang tercatat sebesar Rp600 miliar.

“EBITDA TW1 2023 tercatat sebesar Rp660 miliar atau meningkat 101 persen yoy sebagai dampak meningkatnya laba kotor dan penurunan beban bunga selama triwulan pertama 2023,” ujarnya melalui keterangan resmi, Rabu, 17 Mei 2023.

Manajemen menungkapkan bahwa peningkatan laba kotor maupun EBITDA oleh perusahaan terjadi di tengah kondisi Cost of Goods Sold (COGS) yang lebih rendah. Nilai COGS yang lebih rendah tersebut disebabkan oleh stabilnya harga bahan baku konstruksi.

Winning Rate Tender

Sepanjang triwulan pertama 2023, WSKT mencatatkan tingkat winning rate tender sebesar 33,33%. Perusahaan turut membidik target pencapaian nilai kontrak baru yang optimistis untuk tahun 2023.

“Kami berharap pencapaian nilai kontrak baru tahun ini mencapai Rp20 triliun,” tutur Ermy.

Di sisi lain, Waskita juga mencatatkan volume penjualan sebesar Rp2,3 triliun, berasal dari sektor jasa konstruksi yang terhitung mengalami peningkatan sebesar 15% yoy. Sektor tersebut memberikan kontribusi hingga 84% terhadap total pendapatan perusahaan.

Sebagai informasi, WSKT sebelumnya mencatatkan rugi bersih sepanjang tahun 2022 sebesar Rp1,90 triliun, terhitung melonjak 73% dibandingkan rugi bersih pada periode yang sama pada tahun lalu sebesar Rp12.22 triliun pada 2021.

Beberapa hal seperti tingginya beban pokok pendapatan hingga melonjaknya beban umum administrasi menjadi biang kerok dari membesarnya kerugian perusahaan sepanjang tahun 2022.

Perseroan turut menyusun sederet strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kinerja keuangan, salah satunya dengan meminimalisir proyek-proyek non-turnkey payment.

“Dalam hal pengoperasian proyek, 43,57% kontrak baru merupakan kontrak bersama (joint venture) yang dimana
memberikan lebih banyak manfaat bagi Perusahaan. Terlebih yaitu meminimalisir risiko financial dalam penerapan metode teknologi, memberdayakan kapabilitas sumber daya manusia melalui transfer knowledge, dan meningkatkan Bid Win Rate Tender,” tambah Ermy.