Bank Mandiri
Bursa Saham

Laba Perbankan Jumbo Kuartal III-2024 Diproyeksi Tumbuh 5-21 Persen

  • BRI Danareksa Sekuritas menyebutkan bahwa sektor perbankan nasional diperkirakan mengalami pertumbuhan laba bersih sebesar 7-23% pada kuartal III-2024.

Bursa Saham

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA – Industri perbankan nasional telah menunjukkan perbaikan likuiditas dan pertumbuhan penyaluran kredit pada kuartal III-2024. Situasi ini diprediksi dapat meningkatkan laba bersih mayoritas emiten perbankan.

Dalam riset yang dirilis pada Rabu, 16 Oktober 2024, BRI Danareksa Sekuritas menyebutkan bahwa sektor perbankan nasional diperkirakan mengalami pertumbuhan laba bersih sebesar 7-23% pada kuartal III-2024. Pertumbuhan ini diharapkan dapat mendorong kenaikan laba bersih untuk periode Januari-September 2024 antara 5-21%.

BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) akan mencatatkan pertumbuhan laba bersih tertinggi, yakni 21,1%, dengan nilai mencapai Rp5,08 triliun. Di posisi kedua, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) diperkirakan mengalami kenaikan laba bersih sebesar 13,5%, menjadi Rp41,33 triliun. 

Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) diperkirakan mencatatkan kenaikan sebesar 5,8%, dengan laba bersih mencapai Rp41,34 triliun, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) diprediksi naik 5,1% menjadi Rp16,56 triliun.

Selain itu, BRI Danareksa Sekuritas juga memprediksi biaya dana (CoF) perbankan akan terus mengalami penurunan hingga akhir tahun ini, seiring dengan berlanjutnya pertumbuhan kredit. Penurunan biaya dana yang paling signifikan diperkirakan terjadi mulai kuartal I tahun depan.

Dengan berbagai faktor tersebut, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi overweight untuk saham sektor perbankan, dengan BBCA sebagai pilihan teratas. Saham BBCA direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga Rp12.400 per saham. 

BRI Danareksa Sekuritas juga merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp8.200 dan saham BBNI dengan target harga Rp7.600. Sementara itu, saham BRIS direkomendasikan untuk di-hold dengan target harga Rp2.800 per saham.

Tantangan Penyaluran Kredit

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa sejumlah tantangan bagi industri perbankan, termasuk kondisi makroekonomi, mempengaruhi laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM. 

Data OJK menunjukkan bahwa pada Agustus 2024, penyaluran kredit UMKM tercatat sebesar Rp1.474 triliun, dengan pertumbuhan tahunan (yoy) sebesar 4,42%. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai Rp1.412 triliun atau tumbuh 8,9%.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menjelaskan bahwa penurunan laju pertumbuhan kredit UMKM ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makroekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, serta dinamika global yang mencakup situasi geopolitik. 

“Meskipun menghadapi tantangan ini, bank-bank tetap optimis untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada UMKM dengan dukungan dari pemerintah dan berbagai pihak terkait,” jelasnya melalui keterangan tertulis pada Senin, 14 Oktober 2024. 

Dian juga menambahkan saat ini pemerintah, OJK, dan stakeholder lainnya secara aktif berkoordinasi untuk mengevaluasi dan memantau kondisi UMKM serta efektivitas kebijakan yang ada. 

“Hal ini dilakukan melalui program inklusi keuangan, seperti perluasan jaringan agen bank, program Kredit Usaha Rakyat (KUR), serta insentif berupa kelonggaran likuiditas, guna mendukung kredit UMKM yang berkelanjutan dan resilient,” pungkasnya.