<p>PT PP Presisi Tbk (PPRE), anak usaha PTPP menggelar RUPS Tahunan / Dok. Perseroan</p>
Korporasi

Laba PP Presisi Anjlok 82,32 Persen Jadi Rp58,56 Miliar

  • PT Pembangunan Perumahan Presisi Tbk (PPRE) atau PP Presisi melaporkan laba sepanjang 2020 yang anjlok hingga 82,32% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Korporasi
Aprilia Ciptaning

Aprilia Ciptaning

Author

JAKARTA – PT Pembangunan Perumahan Presisi Tbk (PPRE) atau PP Presisi melaporkan laba sepanjang 2020 yang anjlok hingga 82,32% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Berdasarkan laporan keuangan perseroan yang dirilis di PT Bursa Efek Indonesia (BEI), jumlah laba yang diatribusikan kepada entitas induk hanya sebesar Rp58,56 miliar. Nilai ini jauh lebih rendah ketimbang 2019 yang sebesar Rp331,27 miliar.

Begitu pula dengan pendapatan perseroan, menurun 39,35% dari Rp3,85 triliun menjadi Rp2,33 triliun. Padahal, beban usaha sejatinya sudah ditekan dari Rp70,26 miliar menjadi Rp49,10 miliar sepanjang 2020.

Adapun perolehan pendapatan tersebut secara rinci, disumbang oleh sektor konstruksi sebesar Rp1,95 triliun, persewaan peralatan Rp240,3 miliar, dan ready mix Rp139,16 miliar.

Sementara untuk liabilitas, perseroan mencatat sebesar Rp4,05 triliun dan ekuitas Rp2,84 triliun. Total aset PPRE sepanjang 2020 sebesar Rp6,89 triliun, menyusut dibandingkan 2019 sebesar Rp7,76 triliun. 

Raih Kontrak Baru Rp273,5 Miliar

Salah satu strategi yang dilakukan perseroan untuk memperbaiki kinerja, yakni dengan membukukan kontrak baru sebesar Rp273,5 miliar pada Februari 2021. Kendati tak jauh berbeda dari tahun lalu yang sebesar Rp273 miliar, nominal kontrak baru ini bertambah Rp500 juta.

Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso mengatakan, proyek dari kontrak ini berupa pembuatan jalan hauling nikel di Weda Bayshoulder taxiway Bandara Sepinggan Balikpapan, dan pembangunan tol Sumatra seksi Padang-Sicincin.

Selain itu, PP Presisi saat ini diketahui juga sedang melakukan negosisasi kontrak senilai Rp1 triliun untuk pertambangan nikel di Sulawesi Tengah dan pembangunan jalan hauling di Sumatra Selatan.

Adapun target tahun ini, perseroan mematok perolehan kontribusi lini bisnis jasa pertambangan sebesar 10% hingga 20% terhadap nilai target kontrak baru Rp3,6 triliun.

“Anak usaha PT PP (Persero) Tbk kini memang memfokuskan untuk mulai masuk ke industri jasa pertambangan nikel maupun infrastruktur terkait,” katanya.

Menurutnya, tren nikel untuk sepuluh tahun ke depan tetap diminati, terutama untuk mendukung industri baterai sebagai salah satu komponen mobil listrik. (SKO)