<p>Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) sekaligus Ketua Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Sunarso saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI, di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin, 14 Juni 2021. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Pasar Modal

Laba Tahun 2020 Melesat 78 Persen, Kinerja Bank Himbara 2022 Diprediksi Tetap Moncer

  • Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) diproyeksikan kembali bersinar tahun ini.
Pasar Modal
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - Kinerja bank-bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) diproyeksikan kembali bersinar tahun ini. Bank pelat merah juga diharapkan lebih mampu mengatrol pertumbuhan ekonomi di masa pemulihan pascakrisis akibat pandemi COVID-19.

Wakil Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listyanto menyatakan, dari sisi profitabilitas, kinerja yang dibukukan Himbara tahun ini diprediksi bisa lebih baik dibandingkan dengan capaian pada 2021. Himbara diperkirakan bisa mengambil peluang dari ketidakpastian ekonomi di tataran domestik maupun global. 

Eko juga menjelaskan, selain pandemi, ada beberapa hal yang akan mendorong ekonomi dunia tahun 2022 berada pada ketidakpastian yakni The Fed rate, gejolak harga minyak dunia, hingga tensi politik yang memanas di Eropa disebabkan konflik antara Ukraina-Rusia. Namun, ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan mengarah pada naiknya suku bunga. 

“Kalau bicara profitabilitas, bank Himbara (bisa) lebih hijau dari tahun lalu. Himbara bisnisnya kan sektor keuangan. Tahun ini meski ada ketidakpastiaan, ketika suku bunga naik, bagi bank-bank yang likuiditasnya melimpah seperti Himbara ini, dan punya brand bagus, akan dapat potensi keuntungan yang lebih besar,” kata Eko dalam keterangan resmi seperti dikutip Kamis, 24 Februari 2022.

Seperti diketahui, Himbara yang terdiri dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI), dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), secara total mampu meraup laba sebesar Rp72,05 triliun sepanjang 2021.

Laba yang dibukukan pada 2021 itu melesat 78,06% jika dibandingkan dengan perolehan pada 2020 yang sejumlah Rp40,34 triliun. Jika dirinci pada 2021, BRI mampu mencetak laba sebesar Rp30,76 triliun, Bank Mandiri Rp28,03 triliun, BNI Rp10,89 triliun dan BTN menyumbang laba senilai Rp2,37 triliun.

Eko menambahkan, Himbara bisa fokus pada peran utamanya sebagai penggerak sektor riil melalui penyaluran kredit atau pembiayaan. Dengan demikian, sumbangsih Himbara pada pertumbuhan ekonomi nasional pun dapat terus meningkat.

Untuk itu pemerintah harus terus memberikan support dan arahan agar Himbara mampu melakukan penyaluran kredit dan pembiayaan lebih besar lagi ke depan. Penyaluran kreditnya pun bisa lebih merata, misalnya dari skala UMKM hingga perusahaan besar atau korporasi.

“Kalau mereka kencang di kredit, harusnya jadi bagian yang perlu diapresiasi. Pemerintah harus bisa memberi arahan kepada bank-bank ini untuk bisa lebih support kepada kredit. Tidak hanya yang kecil-kecil tapi korporasi juga. Karena semua harus bergerak semua mesin ekonominya,” tambah Eko.

Proyeksi Eko terkait pertumbuhan senada dengan target kinerja bank-bank milik pemerintah tersebut pada 2022. Manajemen BRI optimistis kredit perseroan akan tumbuh di kisaran 9%–11% sepanjang 2022. 

Hal ini seiring dengan indikator yang menunjukkan perbaikan pada pemulihan ekonomi global dan nasional, serta didukung meluasnya program vaksinasi di berbagai negara. Manajemen Bank Mandiri menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini lebih tinggi dari 2021, yakni di atas 8%. 

Optimisme itu sejalan dengan pertumbuhan di sektor ekonomi sejak 2021 yang terus membaik dan terus berlanjut. Manajemen BNI mematok target pertumbuhan penyaluran kredit hingga 10% tahun ini. Proyeksi tersebut hampir dua kali lipat dengan pertumbuhan kredit BNI pada 2021 yang sekitar 5,2% secara tahunan.

Sementara manajemen BTN membidik pertumbuhan penyaluran kredit pada 2022 sebesar 9%-11%. Pihak perseroan meyakini pertumbuhan kredit akan sejalan dengan peningkatan laba yang dipatok yaitu di kisaran 11%-13% serta kenaikan earning asset atau aktiva produktif. Adapun tahun lalu penyaluran kredit BTN tumbuh 5,66%.