Laboratorium Terbang NASA, Solusi Baru Hadapi Polusi Udara Asia
- NASA telah memulai serangkaian penerbangan di seluruh Asia menggunakan laboratorium terbang kolosalnya, DC-8.
Dunia
JAKARTA - NASA telah memulai serangkaian penerbangan di seluruh Asia menggunakan laboratorium terbang kolosalnya, DC-8.
Misi ini untuk meningkatkan model yang digunakan untuk memprediksi dan mengatasi polusi udara dengan mengidentifikasi sumber dan perilaku polusi, yang dapat membantu dalam pengembangan sistem peringatan dini yang lebih efektif.
Polusi udara menyebabkan jutaan kematian setiap tahunnya, oleh karena itu, dengan bantuan laboratorium udara ini, identifikasi dan prediksi yang lebih akurat menjadi lebih penting.
- Tak Hanya Inflasi Medis, ‘Overtreatment’ RS Bikin Klaim Asuransi Lebih Tinggi
- PAL-PLN Kolaborasi Hadirkan Pembangkit Listrik Terapung di Maluku
- Cadangan Devisa China Turun Rp136 Triliun, Ini Pemicunya
Pesawat DC-8 yang dimiliki oleh badan antariksa Amerika Serikat melakukan penerbangan selama delapan jam, terbang dengan ketinggian serendah 15 meter (50 kaki) dari permukaan tanah untuk mengumpulkan partikel udara yang akan dianalisis secara rinci. Misi ini dimulai dari Filipina.
“Kami dapat memberikan pengukuran langsung tentang seberapa banyak polusi yang berasal dari berbagai sumber. Dan itu adalah salah satu masukan utama untuk model prakiraan kualitas udara,” ujar Barry Lefer dari NASA, seperti dikutip Wion News, pada Minggu, 11 Februari 2024.
Menyempurnakan Data Satelit
Meski prakiraan kualitas udara saat ini bergantung pada stasiun bumi dan satelit, kedua metode tersebut memiliki keterbatasan dalam memantau penyebaran polutan. Pengukuran udara yang dilakukan oleh NASA bertujuan untuk mengatasi kekurangan ini, dengan meningkatkan interpretasi data satelit dan meningkatkan akurasi model prediksi.
Laboratorium udara ini dilengkapi dengan serangkaian instrumen sensitif untuk mengukur polusi udara. Laboratorium terbang NASA telah melakukan pengukuran di atas wilayah padat penduduk di Filipina, termasuk di wilayah ibu kota, dengan pola penerbangan berbentuk angka delapan.
Laboratorium udara ini ditemani oleh pesawat jet Gulfstream NASA yang lebih kecil untuk membuat pemetaan polutan dalam tiga dimensi. Pesawat ini akan melanjutkan penerbangan penelitian ke Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand dalam beberapa minggu mendatang.
- Praktik Perantara Surat Suara Pemilu RI di Malaysia Diungkap
- Industri Modifikasi Otomotif Dorong Pertumbuhan Ekonomi
- Start-up Asal China Bakal Rilis Roket Ulang Alik Tahun Ini
Proyek yang dikenal dengan nama ASIA-AQ ini merupakan kolaborasi antara NASA dan pemerintah daerah di wilayah yang memiliki tingkat kematian tertinggi akibat polusi udara di dunia.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipublikasikan dalam satu tahun, memberikan wawasan yang berharga tentang dinamika polusi udara yang kompleks di wilayah tersebut.