<p>Rokok Sampoerna Mild. / Tokopedia</p>
Industri

Lagi Susah, HM Sampoerna Catat Rokok Mahal Sepi Peminat

  • JAKARTA – PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menyampaikan gersangnya industri hasil tembakau (IHT) tahun ini. Selain itu, Sampoerna juga mencatat adanya pergeseran minat konsumsi masyarakat ke rokok yang lebih murah. Tercatat, kenaikan tarif cukai rata-rata 24% dan harga jual eceran (HJE) 46% yang berlaku tahun ini  2020 serta pandemi COVID-19 menjadi dua faktor utama […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) menyampaikan gersangnya industri hasil tembakau (IHT) tahun ini. Selain itu, Sampoerna juga mencatat adanya pergeseran minat konsumsi masyarakat ke rokok yang lebih murah.

Tercatat, kenaikan tarif cukai rata-rata 24% dan harga jual eceran (HJE) 46% yang berlaku tahun ini  2020 serta pandemi COVID-19 menjadi dua faktor utama turunnya volume penjualan hingga dua digit.

Sampoerna menyadari pandemi COVID-19 ini merupakan tantangan yang berdampak langsung baik pada publik maupun dunia usaha Indonesia,” kata Presiden Direktur Sampoerna, Mindaugas Trumpaitis dalam Public Expose secara virtual, Jumat, 18 September 2020.

Perseroan mencatat, pada paruh pertama 2020, volume industri mengalami penurunan sebesar 15%.

Ambrolnya angka ini tidak termasuk dampak dari estimasi pergerakan inventaris perdagangan, di mana penurunan tersebut secara umum terjadi pada segmen pajak golongan V1.

Terpengaruh Daya Beli Masyarakat

Turunnya konsumsi produk dengan tingkat pajak golongan V1 disebabkan oleh daya beli konsumen yang lesu.

Dengan demikian, masyarakat memilih untuk mengganti jenis rokoknya ke produk yang lebih murah (tingkat Pajak golongan V2 dan golongan V3).

Sepanjang semester I 2020, total pangsa pasar perusahaan mencapai 29,3%, turun 3,1 percentage point, sementara volume pengiriman 38,5 miliar batang mencerminkan penurunan sebesar 18,2%.

Di tengah tantangan tersebut, HMSP menyesuaikan strategi perusahaan untuk mempertahankan daya saing bisnisnya dan menjawab tren yang berubah.

“Sebagai contoh, kami meluncurkan produk SKM tar tinggi untuk merespon pergeseran permintaan ke produk tar yang lebih tinggi.”

Mindaugas menjelaskan bahwa sepanjang 2019, pangsa pasar SKT Sampoerna – dengan merek-merek besar seperti Dji Sam Soe (“Raja Kretek”) dan Sampoerna Kretek – adalah 36,3%.

Sedangkan pangsa pasar Sigaret Putih Mesin (SPM) (melalui Produk utamanya Marlboro, merek Philip Morris Indonesia (PMID) yang didistribusikan oleh Sampoerna) dan Rokok Kretek Mesin (SKM) masing-masing sebesar 57,2% dan 29,6%.