Karyawan beraktivitas dengan latar belakang logo Livin' by Mandiri di kantor Cabang Bank Mandiri, Jakarta, Jum'at, 21 Januari 2022. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia
Banking Everywhere

Lakukan Penambahan Penyertaan Modal, Bank Mandiri (BMRI) Guyur BSI Rp2,75 Triliun

  • Salah satu Himbara yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan aksi penambahan penyertaan modal kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).
Banking Everywhere
Feby Dwi Andrian

Feby Dwi Andrian

Author

JAKARTA - Salah satu Himbara yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) melakukan aksi penambahan penyertaan modal kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS).

Seperti dikutip dari rilis resmi pada 19 Desember 2022, BMRI sebagai salah satu pemegang saham pengendali BSI telah melakukan penambahan penyertaan modal kepada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebesar Rp2,75 triliun.

Senior Vice President BMRI Rudi As Aturridha mengungkapkan, penambahan penyertaan modal kepada BRIS dilakukan dalam rangka pelaksanaan hak atas penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue BSI.

"Penambahan penyertaan modal perseroan kepada BSI diharapkan dapat mendukung kegiatan bisnis dan operasional BSI sebagai bagian dari Mandiri Group yang bergerak di bidang keuangan syariah," ungkap Rudi dalam keterbukaan informasi, Selasa, 20 Desember 2022.

Sebelumnya, head of macroeconomic & financial research BMRI Dian Ayu Yustina memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan mencapai lebih dari 5% secara tahunan pada 2023.

Ia juga memperkirakan inflasi akan lanjut menurun pada 2023, sebagaimana tampak dari inflasi secara tahunan pada November lalu sebesar 5,4% atau lebih rendah dari perkiraan sebesar 6,3%, dan diperkirakan inflasi akan mencapai sekitar 5,4%-5,6% di akhir 2022.

Adapun penurunan inflasi yang berlanjut pada 2023 diperkirakan akan membuat konsumsi masyarakat kelas menengah tetap terjaga sehingga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Overall di tahun 2023, pertumbuhan ekonomi masih akan resilien, bisa tumbuh di sekitar angka 5% dan didukung oleh berbagai faktor seperti konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah yang lebih produktif," ungkapnya.