Sejumlah calon penumpang memadati area check in counter Terminal 2 F Bandara Soekarno Hatta. Puncak kepadatan libur Nataru diperkirakan terjadi kemarin dan hari ini, 24 Desember 2022. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Tekno

Lampaui Rp1,6 Triliun, Bisnis Big Data Analytic Naik 14,7 Persen di Semester II-2022

  • Secara keseluruhan, pasar big data and analytics diperkirakan akan tetap kuat di Indonesia.
Tekno
Yosi Winosa

Yosi Winosa

Author

JAKARTA - Pasar perangkat lunak Big Data and Analytics (BDA) Indonesia tumbuh 14,7% secara tahunan di semester II-2022, meningkat dari 12,5% secara tahunan di semester II-2021, berdasarkan International Data Corporation's (IDC) Worldwide Semiannual Big Data and Analytics Software Tracker.

Pasar perangkat lunak BDA nilainya melebihi US$110 juta setara Rp1,6 triliun per semester II-2022.  Perusahaan-perusahaan di Indonesia meningkatkan investasi mereka pada perangkat lunak BDA sebagai alat bantu pengambilan keputusan bisnis yang lebih baik untuk dapat mengikuti kondisi pasar saat ini.

Associate Market Analyst, IDC Indonesia Sandika Putra mengatakan adopsi perangkat lunak BDA meluas di seluruh industri di Indonesia. 

BDA sendiri didefinisikan sebagai kumpulan alat dan aplikasi perangkat lunak untuk ekstraksi data, integrasi, tata kelola, pergerakan, kurasi, analisis, dan visualisasi yang digunakan untuk mendukung atau mengotomatisasi berbagai pengambilan keputusan strategis, operasional, dan taktis.

“Permintaan yang kuat dari perusahaan di Indonesia didorong oleh bisnis yang memprioritaskan optimasi biaya, peningkatan efisiensi, dan masuk ke pasar atau lini produk yang baru,” kata Sandika, dikutip Rabu, 8 Februari 2023.

Data membantu perusahaan untuk mengambil keuntungan dari kondisi pasar yang dinamis dengan lebih memahami konsumen, pesaing, dan pasar mereka. Menurut IDC 2022 Software Survey, menyediakan pengambilan keputusan berbasis data adalah salah satu dari dua inovasi perangkat lunak yang sedang dibangun oleh banyak perusahaan di Indonesia di tahun 2023. 

Seiring semakin meluasnya penggunaan internet di Indonesia, data terstruktur dan tidak terstruktur yang dikumpulkan dari berbagai sumber telah meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. 

Sejalan dengan tren tersebut, Nonrelational Analytic Data Stores adalah subpasar dengan pertumbuhan tercepat dengan tingkat pertumbuhan 64,4% secara tahunan. Subpasar ini diperkirakan akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet dan adopsi IoT di Indonesia. Berdasarkan IDC’s Worldwide Internet of Things Spending Guide, belanja IoT Indonesia akan tumbuh sebesar 10,8% CAGR pada tahun 2026, yang akan juga meningkatkan pembuatan data untuk diolah.

Continuous Analytics Tools adalah subpasar dengan pertumbuhan tercepat kedua di pasar BDA, dengan tingkat pertumbuhan 48,5% secara tahunan. IDC mendefinisikan Continuous Analytics Tools sebagai perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan secara real-time dan near-real-time, serta otomatisasi dalam pengambilan keputusan. 

Continuous Analytics Tools diharapkan untuk tetap tumbuh, sesuai dengan temuan IDC 2022 Software Survey yaitu Continuous Analytics Tools adalah salah satu dari tiga investasi prioritas perusahaan di Indonesia yang ingin beralih ke cloud sepanjang tahun 2023. 

Hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan di Indonesia sudah mulai menjadi data-driven dan akan lebih mengandalkan data ke depannya. Faktanya terlihat pada aplikasi, perangkat, sensor, clickstreams, dan feeds media sosial yang merupakan sumber input untuk Continuous Analytics, peningkatan input data dari berbagai macam perangkat ini akan semakin mendorong adopsi Continuous Analytics Tools. 

Semakin banyak tersedianya data, membuka potensi penggunaan AI. Pada 1H22, AI Software Platform berada pada urutan ketiga subpasar yang berkembang paling pesat, tumbuh sebesar 45,3% secara tahunan. 

Di Indonesia, adopsi teknologi AI banyak digunakan di sektor perbankan. Sebagian besar penggunaan AI adalah untuk asisten virtual (robot CS), alat deteksi penipuan, dan pemantauan risiko secara real-time. Banyaknya perusahaan-perusahaan yang terus mendorong efisiensi dan otomatisasi membuat penggunaan AI diperkirakan akan meluas dan adopsi AI Software Platform akan terus meningkat. 

Aplikasi Supply Chain and Product Analytic juga menunjukkan pertumbuhan yang kuat yaitu sebesar 31,2% secara tahunan pada pasar BDA. Rantai pasok di Indonesia menghadapi tantangan berupa pemanfaatan kapasitas transportasi yang kurang maksimal dan keterlambatan yang cukup lama pada pengiriman domestik karena infrastruktur yang belum terkoneksi. 

Pemerintah Indonesia telah memperluas logistik dan infrastruktur rantai pasok, termasuk jalan dan jalan tol. Selain itu, untuk meminimalkan biaya operasional logistik, pemerintah sedang membangun National Logistics Ecosystem (NLE) untuk mempermudah arus barang dan dokumen internasional dari sejak kedatangan hingga penyimpanan. 

Peningkatan kualitas arus logistik dan terintegrasinya Indonesia dengan ekonomi dunia, manajemen rantai pasok menjadi area investasi yang penting. Selain itu, keberlanjutan juga menjadi isu yang mulai banyak diperhatikan; Aplikasi Supply Chain and Product Analytic dengan kemampuan untuk melacak rantai pasok dapat membantu perusahaan untuk menghitung jejak karbonnya. 

Supply Chain and Product Analytic diperkirakan akan tumbuh sejalan dengan inisiatif pemerintah di bidang infrastruktur dan organisasi di Indonesia yang berupaya memodernisasi manajemen rantai pasok melalui teknologi. 

Secara keseluruhan, pasar big data and analytics diperkirakan akan tetap kuat di Indonesia. Peningkatan pembuatan data, adopsi cloud yang sedang berlangsung, inisiatif pemerintah dan kolaborasi dengan sektor swasta, serta kebutuhan pemanfaatan data untuk operasi yang lebih efisien dan resilien, akan menjadi pendorong utama pada pasar big data and analytics di Indonesia.