Lampaui Taget Pendanaan, Startup GudangAda Mendapat Suntikan Modal Rp1,5 Triliun
- Startup Business to Business (B2B) e-commerce GudangAda meraih pendanaan seri B senilai US$100 juta atau setara Rp1,5 triliun. Pendanaan ini dip
Fintech
JAKARTA – Startup Business to Business (B2B) e-commerce GudangAda meraih pendanaan seri B senilai US$100 juta atau setara Rp1,5 triliun. Pendanaan ini dipimpin oleh Asia Partners dan Falcon Edge.
Sebelumnya, Sequoia Capital India, Alpha JWC, dan Wavemaker turut berpartisipasi pada putaran pendanaan yang mengalami kelebihan permintaan atau melampaui target pendanaan sebesar US$75 juta. Total keseluruhan pendanaan GudangAda hingga hari ini telah menembus US$ 135 juta.
GudangAda berencana menambah Sumber Daya Manusia (SDM) untuk memperkokoh bisnis perusahaan. Selain itu, dana segar ini bakal dialokasikan juga untuk mengembangkan sistem pembayaran (POS/Saas), pemasaran, data, memperkuat layanan logistik, hingga perbaikan pad alayanan keuangan.
- Tidak Kunjung Belanja, Rp190 Triliun Dana Pemda Nganggur di Bank
- PPKM Darurat Dbuka Secara Bertahap 26 Juli 2021, Simak Penjelasan Dari Presiden Jokowi.
- Harga Batu Bara Melejit, Bukit Asam Naikkan Target Produksi Jadi 30 Juta Ton
Dalam menjangkau lebih banyak Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), GudangAda membeberkan rencana pengembangan teknologi artificial intelligence/AI yang bisa memberikan personalisasi bagi pengguna.
“Kami sekarang berada di posisi yang tepat untuk memberdayakan seluruh pemain rantai pasokan, mulai dari produsen, distributor, grosir hingga pengecer di seluruh Indonesia, dengan hampir setengah juta pengguna di lebih dari 500 kota tingkat-1 hingga tingkat-3 dan mengembangkan model monetisasi yang komprehensif dengan ekosistem yang lengkap,” kata CEO GudangAda Stevensang dalam keterangan tertulis, Kamis, 22 Juli 2021.
Stavensang mengatakan investor kepincut dengan pertumbuhan bisnis yang signifikan dari GudagAda. Hal ini tampak dari pertumbuhan net merchandise value (NMV) dalam tiga tahun yang sudah menembus US$ 6 miliar.
Ramainya investor yang ingin menanamkan modalnya juga bisa ditinjau dari nilai investasi terakumulasi kurang dari US$35 juta yang rasio efisiensi permodalannya menembus 170 kali. Saat ini aplikasi GudangAda digunakan oleh lebih dari setengah juta pedagang di seluruh Indonesia yang melibatkan lebih dari 3 juta orang pekerja.
Tumbuh Pesat
Sejak diluncurkan pada pertengahan tahun 2020, layanan GudangAda logistik meningkat dua kali lipat setiap dua bulan. Menerapkan konsep bisnis asset-light dan capital-efficient, GudangAda telah bekerjasama dengan para pemilik bisnis kendaraan dan gudang, termasuk juga diantaranya dengan UMKM member GudangAda.
Di luar kerjasama tersebut, GudangAda juga menawarkan sistem layanan manajemen transportasi dan gudang yang dinamis untuk memudahkan mitra mendigitalisasi bisnisnya.
Menawarkan one-stop solution kepada UMKM Indonesia, GudangAda telah memperluas kategori produknya ke segmen obat-obatan atau farmasi, kemasan, peralatan rumah tangga, dan alat tulis. Ekspansi kategori ini didorong melalui kemitraan end to end (E2E) dengan prinsipal, distributor, pedagang besar, dan eceran di dalam rantai pasokan.
Sejak ekspansi dilakukan di awal tahun 2021, puluhan ribu UMKM telah bertransaksi dalam kategori baru tersebut. Hingga saat ini GudangAda telah bermitra secara resmi dengan lebih dari 65 prinsipal, termasuk prinsipal lokal, nasional, dan multinasional, seperti Sido Muncul, Sasa, dan Reckitt Benckiser.
“GudangAda secara pasti telah menjadi marketplace e-commerce terbesar bagi UMKM Indonesia dengan metrik terbaik di kelasnya. Penelitian dan percakapan kami dengan para prinsipal, grosir, dan pengecer telah meyakinkan kami akan return on investment (ROI) di GudangAda,” ucap Co-Founder Falcon Edge Navroz D. Udwadia.
Sektor e-commerce menjadi lini bisnis yang tengah melaju kencang di Indonesia. Moncernya sektor ini dipicu oleh struktur perekonomian Indonesia yang bertumpu pada UMKM.
Head of Center Innovation and Digital Economy Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan sektor e-commerce memang menjadi tulang punggung ekonomi digital Indonesia. Huda menjelaskan pesatnya perkembangan e-commerce tidak bisa lepas dari struktur perekonomian Indonesia yang masih tradisional. Menurutnya, tersedianya pasar baru bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) menjadi alasan utama mengapa sektor ini melaju kencang di Indonesia.
Seperti diketahui, UMKM menguasai setidaknya 61,07% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atau setara Rp8.573 triliun pada 2020.
Kedua, berkah penetrasi internet yang begitu tinggi di Indonesia. Data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan sebanyak 202,6 juta masyarakat Indonesia atau 73,7% dari total populasi telah menggunakan internet per Januari 2021.
Lalu, sektor ini telah dinilai begitu “seksi” oleh investor sehingga dukungan pendanaan lebih terbuka dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal ini dibuktikan dengan pendanaan seri B di GudangAda yang melampaui target awal perusahaan.
“70 persen ekonomi digital Indonesia itu disumbangkan oleh sektor e-commerce
Sektor ini paling pesat pertumbuhannya dan kita terus harapkan dengan semakin banyak perusahaan yang bertumbuh bisa memberi efek positif terhadap ekosistem digital di Indonesia, termasuk para mitranya,” ucap Huda kepada TrenAsia.com belum lama ini.