Lamu, Kota Tua di Tengah Peradaban Dunia
Lamu merupakan sebuah kota yang terletak di sebuah pulau bernama Lamu di Samudra Hindia. Pulau tersebut berjarak sekitar 240 km timur laut dari kota pelabuhan Mombasa, Afrika Timur. Kota ini dikenal sebagai tempat perdagangan emas, rempah-rempah dan budak.
Gaya Hidup
Lamu merupakan sebuah kota yang terletak di sebuah pulau bernama Lamu di Samudra Hindia. Pulau tersebut berjarak sekitar 240 km timur laut dari kota pelabuhan Mombasa, Afrika Timur. Kota ini dikenal sebagai tempat perdagangan emas, rempah-rempah dan budak.
Pada akhir abad ke-19 sebagian besar mitra dagang menghapuskan perbudakan.
Ketika aktivitas perdagangan menurun, kota tua yang berada di dalam wilayah Kenya ini kembali berpegang teguh pada identitas multikulturalnya. Kota ini menarik minat para pelancong dan pebisnis China, Portugis, Jerman, India, dan Arab yang mendarat di pantainya.
Setelahnya Lamu memiliki perpaduan unik antara makanan, bahasa, seni, dan arsitektur selama berabad-abad.
Kota yang terletak di pulau ini memiliki benteng kuno yang telah hancur, jalan-jalan batu yang sempit, dan bangunan yang terbuat dari batu koral dan kayu bakau. Hal itu menunjukkan seolah Kota Tua Lamu mengalami pembekuan dalam waktu.
Sebagai pemukiman suku Swahili tertua dan paling tertata di Afrika Timur, kota yang ditunjuk Unesco ini merupakan salah satu pusat perdagangan paling penting di Afrika selama abad ke-14.
Namun, sekarang, pulau Lamu menghadapi gelombang perubahan yang akan mengancam eksistensi pulau dan budaya uniknya selamanya.
Proyek pembangunan dengan tujuh bagian besar senilai £ 20 miliar yang disebut Lamu Port, Sudan Selatan, Ethiopia Transport Corridor mulai terlihat. Ketika proyek tersebut selesai, Kenya, Ethiopia dan Sudan Selatan akan terhubung melalui jalur kereta api, jalan raya, jalur pipa dan pelabuhan laut di 32 tempat di Lamu.
Selain itu, koridor transportasi akan dibangun berdampingan dengan pabrik batu bara yang didanai Tiongkok. Tentu saja itu akan meningkatkan efek gas rumah kaca di daerah tersebut hingga 700%.
Hanya waktu yang akan membuktikan apakah pesona bersejarah dan multikultural di Lamu bertahan dari pengaruh luar tersebut.