
Langka, Cemara Sumatra Ditemukan di Gunung Singgalang
JAKARTA – Sejumlah peneliti menemukan populasi Taxus sumatrana di Gunung Singgalang. Penemuan ini mendukung praduga bahwa populasi pohon endemik Sumatra bernilai tinggi ini kemungkinan dapat ditemukan sepanjang pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian dan kondisi yang sesuai. Tim Peneliti Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok menemukan empat pohon yang jarak antar satu ke lainnya […]
JAKARTA – Sejumlah peneliti menemukan populasi Taxus sumatrana di Gunung Singgalang. Penemuan ini mendukung praduga bahwa populasi pohon endemik Sumatra bernilai tinggi ini kemungkinan dapat ditemukan sepanjang pegunungan Bukit Barisan dengan ketinggian dan kondisi yang sesuai.
Tim Peneliti Balai Litbang Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok menemukan empat pohon yang jarak antar satu ke lainnya berkisar 40 meter hingga 400 meter. Serta terdapat pula satu anakan dengan tingginya kurang lebih 50 cm.
Keempat pohon yang ditemukan, memiliki kisaran diameter mulai dari ±20 cm hingga ±180 cm. Taxus Sumatrana di Gunung Singgalang ini didapati mulai dari ketinggian 1791 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Survei yang dilakukan oleh tim BP2TSTH Kuok menunjukkan struktur tegakan yang tidak ideal untuk Taxus yang ditemukan dihabitat aslinya ini. Dimana hampir tidak ditemukan tingkat tiang dan pancang serta sangat sedikit anakan tumbuhan tersebut dihabitat aslinya.
Mengingat populasinya yang sangat kecil dengan penyebaran yang terbatas dan karakter pertumbuhan yang lambat tersebut, untuk mendapatkan potensi kesehatan yang luar biasa dari cemara Sumatra ini haruslah dilakukan dengan pemanfaatan yang lestari (sustainable utilization).
Pertumbuhan yang lambat dan regenerasi yang relatif sulit, ditambah lagi daerah penyebaran yang terbatas, menyebabkan populasi hampir semua species taxus di dunia menjadi sangat kecil dan sangat gampang mengarah pada kelangkaan.
Sehingga, walaupun di Indonesia belum diekploitasi, T. sumatrana sudah masuk dalam daftar tanaman yang dilindungi melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan no. 92 tahun 2018.
Melihat karakternya yang sangat mudah bercabang, teknik budidaya dan memanen tanpa menebang atau mematikan tanaman ini sangat memungkinkan untuk dilakukan perbayakan secara vegetatif.
“Selain itu, masih ada cara lain dalam mendapatkan senyawa spesifik anti kanker Taxol, yaitu melalui bioteknologi yang memerlukan investasi dan keahlian tertentu,” tulis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kamis (06/02).
Pohon yang termasuk dalam Family Taxaceae dan merupakan gimnosperma ini tidak memiliki saluran resin. Tumbuhan ini termasuk dalam kelompok tumbuhan dioecious atau berumah dua, yang berarti bunga jantan dan bunga betina berada pada individual pohon yang terpisah. Tumbuhan berdaun jarum ini termasuk jenis yang lambat tumbuh dengan permudaan alami yang relatif sulit.
Menurut Thomas dan Polwart dalam laporannya di Jurnal of Ecology tahun 2003, menyatakan bahwa pertumbuhan T. baccata yang tumbuh di Eropa, dalam 20 tahun tingginya hanya mencapai rata-rata 4,5 m dengan laju pertumbuhan tinggi 20-30 cm per tahun jika tempatnya terbuka dan laju pertumbuhan diameter berkisar dari 0,095 mm per tahun hingga 3 mm per tahun jika kondisi tanahnya sangat cocok.
Peneliti Badan Litbang dan Inovasi (BLI) BP2LHK, Aek Nauli melaporkan laju pertambahan tinggi cemara ini maksimal hanya 19,2 cm dan diameter maksimal hanya 2,27 mm dalam jangka waktu satu tahun. Data ini berdasarkan pengamtan pada T. sumatrana yang ditanam di Kebun Percobaan Sipisopiso.
Kapasitas Farmakologis
Cemara Sumatra memiliki nama latin T.sumatrana, merupakan jenis dalam genus Taxus. Di Asia merupakan satu-satunya Taxus yang ditemukan di daerah tropis. Seperti kerabatnya yang lain dalam genus Taxus, jenis ini memiliki kapasitas farmakologis yang luar biasa.
Paclitaxel dan taxane adalah senyawa anti kanker yang pertama sekali diisolasi dari T. brevifolia yang diperdagangkan dengan nama komersil Taxol, telah sejak lama beredar di dunia dan digunakan dalam pengobatan kanker.
Taxol dan senyawa taxoid lainnya tercatat pernah diisolasi dari T. sumatrana. Potensinya sebagai bahan dalam pengobatan kanker telah didukung hasil riset. Selain berfungsi untuk pengobatan kanker, cemara ini juga dinyatakan mengandung bahan aktif bersifat anti oksidan, anti bakteri serta antidiabetes.