Langkah Jitu Ciptakan Work Life Balance
- Gerakan ini melihat pengejaran produktifitas dan pencapaian tanpa henti adalah tanda seseorng gila kerja. Tanda ini jiga terlihat ketika seseorang begitu sibuk tanpa waktu istirahat, dan waktu senggang.
Rumah & Keluarga
JAKARTA - Kondisi work-life balance semakin dikejar akhir-akhir ini di tengah maraknya budaya kerja keras tak kenal waktu.
Sebuah gerakan muncul untuk membantu seseorang mewujudkan work life balance. Adalah anti-grindset. Dikutip TrenAsia.com dari laman Psyhology Today, anti-grindset adalah gerakan yang menekankan nilai keseimbangan antara kehidupan kerja dan kesejahteraan seseorang.
Gerakan ini melihat pengejaran produktifitas dan pencapaian tanpa henti adalah tanda seseorng gila kerja. Tanda ini jiga terlihat ketika seseorang begitu sibuk tanpa waktu istirahat, dan waktu senggang.
Sebuah studi terbaru yang diterbitkan di PLOS ONE juga turut menyoroti konsep merenungkan pekerjaan yang kerap dilakukan oleh banyak orang akhir-akhir ini.
- Penundaan Anggaran Bikin Jerman Alami Ketidakpastian Ekonomi
- Ulang Tahun ke-77, Naik Bus Damri Cuma Rp77
- Menkeu Berharap Digitalisasi Mampu Ciptakan Tata Kelola Lelang yang Transparan
Konsep ini mengacu pada pemikiran berulang-ulang tentang emosi dan pengalaman negatif terkait pekerjaan.
Perenungan kerja yang berlebihan dan terus-menerus akan menghambat pemulihan dari penyebab stres kerja karena membuat seseorang berada dalam kondisi stres fisiologis yang berkepanjangan dan pada akhirnya menyebabkan kelelahan, kelelahan, dan gangguan kesejahteraan.
Pekerja sosial klinis berlisensi Jourdan Travers LCSW menulis untuk Psyhology Today dua pertanyaan yang bisa Anda tanyakan pada diri sendiri untuk melepaskan diri dari tekanan kesibukan yang tiada henti.
1. Apakah Anda Tidak Dapat Meninggalkan Pekerjaan?
Menurut Travers ada beberapa alasan yang biasanya membuat seseorang kesulitan melepaskan diri dari pekerjaan meskipun ada konsekuensi negatif yang mengikutinya.
- Keyakinan Terkait Pekerjaan
Beberapa orang merasa bahwa kecanduan kerja seringkali disebabkan oleh keyakinan pribadi bahwa seseorang harus terus bekerja sampai mereka merasa telah melakukan cukup banyak hal.
Fenomena ini disebut penelitian sebagai “gairah obsesif” yang mengacu pada keterlibatan obsesif dengan pekerjaan sambil mengabaikan kebutuhan lain.
Alasan utamanya tak lain adalah banyak orang yang percaya bahwa menjadi obsesif adalah jalan menuju kesuksesan.
- Tuntutan Pekerjaan
Tuntutan pekerjaan kerap membuat seseorang terus menerus melakukan pekerjaan hingga menguras tenaga dan sumber energi merka.
Tempat kerja dengan jam kerja yang panjang, tenggat waktu yang ketat, ekspektasi akan ketersediaan yang konstan, otonomi yang terbatas, dan upah yang rendah juga berdampak signifikan terhadap beban kerja yang berat
2. Apa yang Perlu Diubah?
Lebih lanjut Travers menyarankan jika Anda telah melewati langkah pertama, yang selanjutnya bisa Anda lakukan adalah dengan melakukan perubahan-perubahan seperti di bawah ini:
- Mengubah Mindset
Tantang diri Anda dan ubah pandangan negatif Anda pada kerja yang berlebihan. Ingatlah bahwa nilai Anda tidak bergantung pada apa yang Anda lakukan dan bahwa Anda berhak untuk beristirahat.
- Menetapkan Batasan yang Jelas
Tentukan jam kerja Anda dengan jelas dan komunikasikan kepada kolega dan supervisor Anda.
Atur notifikasi atau gunakan fitur penjadwalan untuk menandai akhir hari kerja Anda. Matikan semua notifikasi terkait pekerjaan yang tidak mendesak di luar jam kerja Anda untuk menghindari gangguan yang tidak perlu.
Jika Anda bekerja dari rumah, ciptakan ruang kerja khusus untuk memisahkan pekerjaan secara mental dari kehidupan pribadi Anda. Setelah selesai, tinggalkan ruang kerja secara fisik atau tutup pintu untuk melambangkan akhir hari kerja.
- Buat Ritual Bersantai
Tetapkan rutinitas di akhir hari kerja Anda untuk menandai transisi dari waktu kerja ke waktu pribadi. Ini bisa berupa aktivitas seperti menulis jurnal, mendengarkan musik, atau melakukan hobi yang membantu Anda rileks atau membuat Anda gembira.