Proyek pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) milik PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
Nasional

Langkah Menuju Transisi Energi, Berikut 5 Jenis Pembangkit EBT di Indonesia

  • Setidaknya terdapat 5 jenis pembangkit energi baru terbarukan (EBT) yang saat ini diakui dan terus berkembang di Indonesia.

Nasional

Muhammad Farhan Syah

JAKARTA - Isu transisi energi kian mencuat belakangan ini. Hal tersebut bermula dari disepakatinya Perjanjian Paris tahun 2015 yang berkomitmen mulai melakukan pengurangan pada emisi Gas Rumah Kaca (GRK) penyebab perubahan iklim.

Dalam perjanjian tersebut, negara-negara dunia menargetkan era bebas emisi atau Net Zero Emission (NZE) pada 2060. Adapun dalam target tersebut terdapat target turunan lainnya yakni pada 2030 dengan pengurangan emisi karbon sebesar 29%-41%.

Sejalan dengan target-target tersebut, perkembangan pembangkit energi berbasis ramah lingkungan atau Energi Baru dan Terbarukan (EBT) pun semakin marak berkembang di sejumlah negara guna menyukseskan target tersebut. Tak terkecuali Indonesia yang saat ini sudah mengembangkan sejumlah proyek pembangkit EBT di dalam negeri.

Setidaknya terdapat lima jenis pembangkit EBT yang saat ini diakui dan terus berkembang di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomo 4 Tahun 2020 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik.

Berikut adalah jenis-jenis pembangkit EBT yang ada di Indonesia.

1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

PLTS merupakan salah satu jenis pembangkit non-fosil yang memanfaatkan energi dari panasnya cahaya matahari.

PLTS memiliki cara kerja yang sederhana, yaitu dengan mengubah paparan energi panas dari matahari menjadi energi listrik melalui sebuah komponen panel surya.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB)

Jika PLTS memanfaatkan energi panas matahari, maka PLTB ini memanfaatkan energi alam berupa angin yang kemudian diubah menjadi energi listrik.

Pemanfaatan energi melalui angin sendiri sebanarnya sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan teknologi kincir. Embusan angin akan menggerakan generator yang terdapa di bagian belakang kincir angin yang nantinya kana menghasilkan listrik.

Sementara itu, proyek PTLB pertama di Indonesia terdapat di Desa Mattirotasi, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Tengah dengan kapasitas mencapai 75 mega watt (MW).

3. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)

Sesuai namanya, PLTP merupakan pembangkit energi yang memanfaatkan energi panas bumi untuk menghasilkan sebuah energi listrik.

Secara sederhana, PLTP tidak jauh berbeda dengan PLTB. PLTP juga menghasilkan daya listrik dari adanya gerak turbin yang disebabkan oleh panas bumi.

Adapun cara pemanfaatanya yakni dengan membuat sumur yang dalam hingga mencapai titik panas bumi, lalu energi panas terebut dialirkan untuk menggerakan turbin yang nantinya menghasilikan energi listrik.

4. Pembangki Listrik Tenaga Air (PLTA)

Mirip dengan Pembangkit EBT sebelumnya, PLTA juga mengasilkan listrik akibat putaran turbin yang digerakan oleh aliran air.

PLTA pada umumnya terdapat di sebuah bendungan. PLTA memanfaatkan derasnya terjangan aliran air di suatu sungai yang kemudian dikonversi melalui generator menjadi sebuah energi listrik.

Komponen yang terdapat pada PLTA selain bendungan itu sendiri adalah mesin konvesrsi energi seperti reservoir, penstock (pipa pesat), turbin, draft tube, power house, dan electricity terminal.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm)

PLTBm merupakan salah satu pembangkit EBT yang implementasinya masih belum banyak dilakukan di Indonesia. PTMBm menghasilkan energi menggunakan biomassa, yakni berupa bahan-bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik. Biomassa tersebut kemudian dikonversi menjadi sebuah energi listrik.

Adapun teknologi yang digunakan dalam PLTBm yakni adalah GALFAD yaitu Gassification, Landfill, and Anaerobic Digestion. Teknologi tersebut yang nantinya akan mengubah biomassa menjadi sebuah energi listrik yang dapat digunakan oleh manusia.