<p>Menara BNI Pejompongan, Jakarta Pusat. / BNI.co.id</p>
Obligasi

Laris Manis, Global Bond BNI (BBNI) Oversubscribe 6,4 Kali

  • Surat utang senior BBNI ini terpantau melebihi kuota yang tersedia hingga 6,4 kali lipat dari harga penawaran awal (initial pricing guidance/IPG).

Obligasi

Alvin Pasza Bagaskara

JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) baru-baru ini mengumumkan penerbitan Global Bond BNI atau surat utang senior dalam bentuk dolar Amerika Serikat senilai US$500 juta atau setara Rp7,9 triliun. 

Penerbitan ini mendapat sambutan yang sangat baik dari pasar, dengan permintaan melebihi kuota yang tersedia hingga 6,4 kali lipat dari harga penawaran awal (initial pricing guidance/IPG).

Obligasi ini merupakan bagian dari program penerbitan Euro Medium Term Note (EMTN). Surat utang senior ini terdaftar di Singapore Exchange Securities Trading. 

Direktur Keuangan BBNI Novita Widya Anggraini menyatakan bahwa minat tinggi dari investor terhadap Global Bond BNI mencerminkan kepercayaan mereka terhadap fundamental dan prospek perseroan.

Penerbitan Global Bond BNI ini merupakan bagian dari strategi BNI untuk mengdiversifikasi sumber pendanaan dan mendukung langkah-langkah strategis perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.

Novita mengungkapkan Global Bond BNI termasuk dalam program EMTN yang telah dibentuk sejak 6 Mei 2020 dan telah diperbarui pada 22 Maret 2021 dan 26 Maret 2024. Program EMTN ini memberikan kesempatan bagi BNI untuk secara bertahap menerbitkan surat utang dengan jumlah pokok maksimal sebesar USD2 miliar.

Perusahaan telah menyelesaikan roadshow pada 26 Maret 2024 dan menetapkan harga pada 27 Maret 2024. Tingkat bunga obligasi ditetapkan sebesar 5,28% per tahun, yang mencerminkan tingkat kepercayaan investor terhadap BNI.

Lebih lanjut, Novita menjelaskan bahwa sejak tahun 2020, BNI telah menjalani transformasi yang menghasilkan peningkatan Return on Equity (ROE) dari 2,6% pada tahun 2020 menjadi 15,2% pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan lonjakan yang signifikan dalam profitabilitas perusahaan.

"Transformasi fundamental BNI telah meningkatkan ROE dan menurunkan cost of fund. Tingkat kecukupan permodalan BNI juga meningkat yang tergambar dari rasio kecukupan modal inti atau Tier-1 CAR yang naik dari 16% di masa pandemi menjadi 20% saat ini. Hal ini menambah keyakinan investor terhadap fundamental BNI yang kuat," jelas Novita.

Novita menekankan bahwa saat ini, sumber likuiditas BNI tidak hanya berasal dari penerbitan surat berharga, tetapi utamanya dari penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK). Porsi pendanaan grosir, termasuk penerbitan surat berharga, dalam tiga tahun terakhir hanya menyumbang sekitar 8%-9% dari total kewajiban.

Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi ini akan dialokasikan untuk pembiayaan dengan tingkat margin yang menarik, yang diharapkan akan memberikan dampak positif terhadap profitabilitas perusahaan.

Dari lantai bursa, saham bersandikan BBNI ini berhasil menguat 0,47% ke level Rp5.350 per saham pada penutupan perdagangan Kamis, 4 April 2024. Dari sisi variasi harga, gerak saham ini berkutat di level Rp5.250-5.375 per saham.