Lebanon Makin Genting Pasca-Teror Israel, DK PBB Segera Gelar Rapat Darurat
- Perangkat pager yang meledak menyebabkan kepanikan di seluruh Lebanon, insiden ini dianggap sebagai salah satu kejadian paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Dunia
JAKARTA - Ledakan serentak yang terjadi pada hari Selasa, 17 September 2024 di Lebanon menewaskan sembilan orang dan melukai lebih dari 300 lainnya, menambah total korban dalam dua hari menjadi 21 orang tewas dan lebih dari 3.000 terluka.
Perangkat pager yang meledak menyebabkan kepanikan di seluruh Lebanon, insiden ini dianggap sebagai salah satu kejadian paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir.
Akibatnya, komunitas internasional, termasuk anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), merespons dengan cepat untuk menggelar pertemuan guna membahas langkah-langkah yang diperlukan.
DK PBB dijadwalkan mengadakan pertemuan darurat pada hari Jumat, 20 September, untuk membahas ledakan perangkat pager tersebut. Permintaan pertemuan diajukan oleh Aljazair, dan ditindak lanjuti presiden DK PBB saat ini, Slovenia. Slovenia mengonfirmasi bahwa pertemuan akan berlangsung pukul 15:00 waktu setempat.
Pemerintah Lebanon dan kelompok Hizbullah dengan tegas menuduh Israel bertanggung jawab atas ledakan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan agresi dan kejahatan perang yang disengaja.
Duta Besar Lebanon untuk PBB, Hadi Hachem, menyebut insiden ini sebagai “agresi yang setara dengan kejahatan perang.” Hadi juga mendesak komunitas internasional mengambil tindakan segera.
- Komisi XI DPR Curigai Adanya Pengaturan Diskriminatif dalam RPMK Terkait Rokok Elektrik
- Pemerintah Targetkan 15 Juta Kendaraan Listrik Mengaspal Tahun 2030, Berikut Sederet Persiapannya
- Regulasi Berbasis FCTC Ancam Tenaga Kerja Pertembakauan, DPR Ingatkan Soal Intervensi Asing
Israel Lakukan Kejahatan Perang Hibrida
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengutuk insiden ledakan massal di Lebanon, dan menyebutnya sebagai bagian dari tindakan "perang hibrida" yang berdampak pada ribuan warga sipil tak bersalah.
Rusia menilai serangan tersebut tidak hanya melukai warga Lebanon, tetapi juga merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara tersebut. Selain itu, Rusia menekankan penggunaan senjata non-konvensional dalam serangan semacam ini merupakan ancaman besar terhadap hukum internasional. Rusia juga menyerukan perlunya perhatian global terhadap tindakan yang melanggar norma-norma kemanusiaan dan kedaulatan negara.
“Kami menganggap insiden ini sebagai tindakan perang hibrida melawan Lebanon yang telah berdampak pada ribuan orang tak berdosa,” ujar Maria Zakharova dalam pernyataan resmi dilansir Antara, Kamis, 19 September 2024.
- Komisi XI DPR Curigai Adanya Pengaturan Diskriminatif dalam RPMK Terkait Rokok Elektrik
- Pemerintah Targetkan 15 Juta Kendaraan Listrik Mengaspal Tahun 2030, Berikut Sederet Persiapannya
- Regulasi Berbasis FCTC Ancam Tenaga Kerja Pertembakauan, DPR Ingatkan Soal Intervensi Asing
PBB Minta Negara Besar Tak Jadi Macan Ompong
Ketua Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, menyerukan negara-negara berpengaruh untuk segera mengambil tindakan guna mencegah eskalasi lebih lanjut, setelah serangkaian ledakan perangkat pager di Lebanon dan Suriah.
Turk menyatakan bahwa dampak ledakan terhadap warga sipil sangat mengejutkan dan tidak dapat diterima. Ia mendesak negara-negara yang memiliki pengaruh, baik di kawasan maupun di luar, untuk segera bertindak guna mencegah penyebaran konflik lebih luas dan mengakhiri penderitaan yang berkepanjangan bagi masyarakat yang terdampak.
"Pada saat yang sangat tidak stabil ini, saya meminta semua negara yang memiliki pengaruh di kawasan ini dan di luar untuk segera mengambil langkah-langkah untuk mencegah meluasnya konflik yang sedang terjadi – cukup sudah dengan kejadian menakutkan sehari-hari, cukup sudah dengan penderitaan," terang Turk, dilansir laman media Turki, Anadolu, Kamis, 19 September 2024.