<p>Bank Indonesia (BI) melaporkan survei Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 kembali menunjukkan deflasi 0,05% month-to-month (mtm).  / Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Industri

Lebih Berat, Ini Proyeksi Bank Dunia Pada Ekonomi Indonesia

  • JAKARTA – Dalam proyeksi terbaru, Bank Dunia merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di kisaran -1,6% hingga -2% secara year on year (yoy), prediksi ini lebih berat dari sebelumnya hanya di level 0%. Outlook ekonomi tersebut tercatat sebagai pertumbuhan negatif pertama dalam dua dekade terakhir. Angka tersebut juga tidak jauh berbeda dengan prediksi […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Dalam proyeksi terbaru, Bank Dunia merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini berada di kisaran -1,6% hingga -2% secara year on year (yoy), prediksi ini lebih berat dari sebelumnya hanya di level 0%.

Outlook ekonomi tersebut tercatat sebagai pertumbuhan negatif pertama dalam dua dekade terakhir. Angka tersebut juga tidak jauh berbeda dengan prediksi yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan.

“Secara umum, outlook Bank Dunia ini masih sejalan dengan asesmen Pemerintah terkini yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada dalam rentang -1,7 persen dan -0,6 persen”, jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu dalam siaran pers, Selasa, 29 September 2020.

Tidak hanya Bank Dunia, beberapa institusi internasional lainnya juga telah menyampaikan proyeksi perekonomian Indonesia 2020. Bank Pembangunan Asia (ADB) dengan perkirakan sebesar -1,0%, dan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) sebesar -3,3%.

Dalam publikaisnya, Bank Dunia mengacu pada eskalasi COVID-19 di Tanah Air dan kondisi permintaan domestik yang masih relatif lemah. Di mana indikator makro lainnya tetap terjaga, yakni inflasi sebesar 2,1% dan defisit neraca transaksi berjalan sekitar 1,3% terhadap produk domestik bruto (PDB).

Pertumbuhan Tahun Depan

Kabar baiknya, Bank Dunia memperkirakan ekonomi akan pulih dengan prediksi pada 2021 di kisaran 3% sampai 4,4%, sementara pada 2020 berkisar 5,1%.

Angka perkiraan tersebut mempertimbangkan adanya dampak baseline yang rendah, serta adanya penurunan potensi pertumbuhan -0,6 poin persentase dibandingkan kondisi sebelum pandemi, konsekuensi dari investasi dan produktivitas yang lebih rendah.

Di samping indikator ekonomi, Bank Dunia juga menunjukkan asesmen indikator kesejahteraan, khususnya angka kemiskinan ekstrim yang diproyeksi kembali meningkat untuk pertama kalinya sejak 2006.

Kemiskinan ekstrim meningkat dari 2,7% pada 2019 menjadi 3,0% pada 2020 (berdasarkan garis kemiskinan US$1,9 perkapita perhari – 2011 PPP).

Menurut rilis BPS, COVID-19 telah menyebabkan angka kemiskinan naik menjadi 9,8 persen di Maret 2020. Angka kemiskinan ini mengembalikan level kemiskinan Indonesia seperti pada dua tahun silam.

“Sebagai respon pemerintah, mayoritas masyarakat kelompok 40% pendapatan terendah telah mendapat dukungan pemerintah melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), baik dalam bentuk jaring pengaman sosial (JPS), usaha, dan subsidi listrik,” tambah Febrio.

Dalam hal ini, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp203,9T atau sekitar 0,9% terhadap PDB untuk JPS. Bantuan ini bahkan tidak hanya menyasar masyarakat 40% terbawah namun juga kelas menengah yang terdampak.