Ilustrasi proses kremasi konvensional dengan menggunakan api
Dunia

Lebih Ramah Lingkungan, Inggris Tawarkan Kremasi Mayat Menggunakan Air

  • Kremasi air atau dikenal dengan aquamation, resomation, dan alkaline hydrolysis adalah cara kremasi dengan menggunakan air dan larutan alkali.
Dunia
Bintang Surya Laksana

Bintang Surya Laksana

Author

LONDON-Penyedia perawatan pemakaman terbesar di Inggris Co-Op Funeralcare menawarkan  layanan kremasi menggunakan air. Cara ini merupakan jawaban atas permintaan yang semakin meningkat di Inggris untuk pemakaman yang lebih ramah lingkungan. 

Dikutip dari Euronews Rabu 5 Juli 2023, di mayoritas negara Eropa sendiri hanya ada dua pilihan untuk penguburan, yakni dengan penguburan konvensional atau kremasi dengan api. Cara ini rencananya akan mulai  ditawarkan akhir tahun 2023 ini.

Kremasi air atau dikenal dengan aquamation, resomation, dan alkaline hydrolysis adalah cara kremasi dengan menggunakan air dan larutan alkali. Cara  ini hampir sama seperti kremasi konvensional menggunakan api. 

Tubuh akan ditempatkan ke dalam bejana baja yang berisi air dan larutan alkali. Selanjutnya bejana akan dipanaskan yang membuat daging dan kulit pada tubuh jenazah akan terdekomposisi hingga tersisa tulang saja. Selanjutnya tulang yang tersisa akan digiling hingga menjadi serbuk putih lalu kemudian akan dimasukan ke dalam guci untuk diberikan pada keluarga. Proses aquamation sendiri membutuhkan waktu tiga hingga enam jam.

Cara kremasi ini diklaim membutuhkan energi lima kali lebih sedikit dibandingkan dengan menggunakan api. Kremasi konvensional sendiri memberikan dampak buruk bagi lingkungan karena menyumbangkan sekitar 245 kg emisi karbon untuk satu kali kremasi.

Di Amerika sendiri, aquamation mengalami peningkatan peminat. Hal tersebut dikarenakan biaya yang dibutuhkan lebih murah dibandingkan dengan pemakaman umumnya.

Mengutip Daily Mail, Aquamation di Amerika Serikat membutuhkan biaya USD 3.000 atau sekitar Rp 45 juta. Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk pemakaman konvensional di sana membutuhkan antara USD 8.000 hingga USD 10.000 atau sekitar Rp 120 juta hingga Rp 150 juta.

Dikutip dari euronews, Profesor Douglas Davies. dari Departemen Teologi dan Agama di Universitas Durham menyebutkan, “Meningkatnya kepedulian terhadap ekologi dan keberlanjutan selama dekade terakhir dikombinasikan dengan keinginan untuk menjadi bagian dari alam atau beristirahat di alam, membuat lebih banyak orang mempertimbangkan dampak lingkungan dari tubuh mereka begitu mereka mati.”

Layanan ini juga tersedia di Kanada dan Afrika Selatan.