Sri Mulyani APBN Kita April 2023 (Tangkap layar Kemenkeu RI)
Makroekonomi

Lebih Rendah dari Perkiraan, APBN 'Cuma' Tekor Rp337 T pada 2023

  • Kementerian Keuangan mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mengalami defisit sebesar 1,65% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp337,6 triliun
Makroekonomi
Ananda Astri Dianka

Ananda Astri Dianka

Author

JAKARTA –  Kementerian Keuangan mencatat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 mengalami defisit sebesar 1,65% dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau senilai Rp337,6 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, defisit APBN tahun 2023 lebih rendah dari target dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 75/2023 yakni Rp479,9 triliun, juga lebih rendah dari target dalam APBN 2023 yang sebesar Rp598,2 triliun.

“Tahun 2023 realisasinya lebih rendah 1,65 persen atau Rp374,6 triliun,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Selasa 2 Januari 2023.

Sri Mulyani merinci, realisasi pendapatan negara hingga akhir 2023 tercatat sebesar Rp2.774,3 triliun atau mencapai 105,2% dari target Perpres 75/2023 sebesar Rp2.637,2 triliun. Realisasi tersebut juga tumbuh 5,3% dari pendapatan negara tahun 2022  yang sebesar Rp2.635,8 triliun.

Baca Juga: Investasi Non-APBN Tembus Rp41 T pada 2023, Otorita IKN Optimistis Target Tercapai

Dari sisi belanja negara, realisasinya mencapai Rp3.121,9 triliun. Realisasi ini meningkat dari target Perpres 75/2023 yang sebesar Rp 3.117,2 triliun atau hanya mencapai 100,2%. Belanja ini juga meningkat 0,8% jika dibandingkan dengan realisasi 2022 yang sebesar Rp3.096,3 triliun.

Adapun kesimbangan primer ditutup dengan mencatatkan surplus Rp92,2 triliun. Surplus ini merupakan kali pertama setelah selama 10 tahun kebelakang mengalami defisit.

“Ini adalah surplus keseimbangan primer pertama kali sejak 2012 jadi hampir 10 tahun. Ini sesuatu yang luar biasa,” ujarnya.