<p>Proses pemurnian emas di smelter. / Foto: Khushie Singh-Columbia.edu</p>
Industri

Lebih Untung Beli Logam Mulia atau Investasi di Saham Pemilik Tambang Emas?

  • Harga saham emiten tambang emas milik Sandiaga S. Uno melalui PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) ini melambung hingga 73,83% dari posisi akhir 2019 Rp1.070 menjadi Rp1.860 per 27 Juli 2020.

Industri

Issa Almawadi

JAKARTA – Harga emas terus mengilap. Mengutip logammulia.com milik PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM), harga emas mencapai level Rp997.000 per gram yang artinya naik 29,31% dari posisi akhir 2019 Rp771.000 per gram.

Belakangan, emas memang menjadi salah satu instrumen investasi favorit mengingat instrumen investasi di pasar modal banyak mengalami guncangan. Begitu pula dengan investasi pada produk perbankan yang dalam tekanan penurunan suku bunga acuan.

Akan tetapi, peningkatan harga emas ternyata masih kalah jauh dari lompatan harga salah satu saham emiten tambang emas.

Saham yang dimaksud adalah PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA). Harga saham emiten milik Sandiaga S. Uno melalui PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. (SRTG) ini melambung hingga 73,83% dari posisi akhir 2019 Rp1.070 menjadi Rp1.860 per 27 Juli 2020.

Saham MDKA bahkan menjadi kontributor nomor dua penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tahun ini. Maka tidak salah jika Bursa Efek Indonesia (BEI) memasukkan saham MDKA sebagai bagian dari anggota indeks LQ45, indeks yang berisi saham pilihan dengan kapitalisasi pasar besar, kinerja fundamental yang kuat, dan likuiditas yang tinggi.

Karyawan menunjukkan logam mulia di Butik Emas Antam, Jakarta, Kamis, 23 Juli 2020. Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada hari ini, Kamis 23 Juli 2020 dipatok lebih rendah untuk ukuran 1 gram dibanderol Rp977.000, sedangkan pada posisi kemarin, Rabu 22 Juli 2020 sempat menyentuh level baru Rp982.000 untuk ukuran 1 gram, yang merupakan level tertinggi sepanjang sejarah.  PT Aneka Tambang Tbk. melansir penjualan emas di tingkat ritel tetap menggeliat kendati harga emas menyentuh rekor baru. Penjualan secara daring atau online diakui meningkat signifikan dalam tiga bulan terakhir. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia

Simulasi Investasi

Dengan risiko yang sama, terutama dalam hal volatilitas, kita bisa melakukan simulasi investasi di dua instrumen investasi itu.

Misalnya saja pada akhir tahun 2019, Anda memiliki dana Rp10 juta. Dengan harga emas Rp771.000 per gram, maka Anda bisa mendapatkan sekitar 13 gram emas. Sementara pada akhir 2019, dengan harga saham MDKA Rp1.070, maka Anda bisa mendapatkan sebanyak 9.345 lot.

Kemudian Anda bisa menghitung keuntungan dari menggenggam emas. Hitungannya, dengan kenaikan harga emas sebesar 29,31% saat ini, maka keuntungan Anda dari berinvestasi emas mencapai Rp2.931.000, sehingga total nilai dan keuntungan investasi Anda dari emas menjadi Rp12.931.000.

Tapi coba lihat keuntungan yang didapatkan dengan berinvestasi pada saham MDKA yang memberi return 73,83%. Per 27 Juli 2020, keuntungan Anda mencapai Rp7.383.000, sehingga total nilai dan keuntungan investasi Anda menjadi Rp17.383.000.

Dari simulasi di atas, mungkin Anda bisa menyebut bahwa investasi pada saham MDKA jauh lebih untung. Namun Anda perlu ingat, investasi saham merupakan investasi dengan risiko paling tinggi. High risk, high return.

Hal itu pun bisa terlihat dari pergerakkan saham MDKA sepanjang tahun ini. Sebelum menyentuh level Rp1.860 pada 27 Juli 2020, saham MDKA sempat jatuh hingga Rp905 atau minus 15,42%, dan terus bergerak naik turun tanpa return pasti.

Begitu juga dengan harga emas. Meski konsisten naik, harga emas juga beberapa kali mengalami penurunan. Seperti setelah menyentuh Rp972.000 pada 7 April 2020, harga emas sempat turun kembali ke level Ro876.000 pada 6 Juni 2020.

Untuk itu, dalam berinvestasi perlu diingat bahwa tidak ada yang bisa menjanjikan keuntungan atau return pasti. Selain itu, setiap investasi pun punya risikonya masing-masing. (SKO)