Ilustrasi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias Sukuk Negara. Ilustrator: Deva Satria/TrenAsia
Pasar Modal

Lesu, Moodys Prediksi Penerbitan Sukuk Global Sepanjang Tahun 2022 Capai US$165 Miliar

  • Tingginya minat pasar akan instrumen sukuk hijau atau ESG terefleksi dari pertumbuhan sukuk berkelanjutan dan sukuk hijau yang kuat dalam lima tahun terkahir, dengan nilai penerbitan mendekati US$8 miliar di tahun 2021, dibanding US$1 miliar di tahun 2017.

Pasar Modal

Yosi Winosa

JAKARTA -Moodys memperkirakan rilis sukuk global di tahun 2022 akan semakin turun ke level US$165 miliar setara Rp2.449 triliun (kurs Rp14.842 perdolar AS) dibanding tahun 2021 lalu yang mecapai US$181 miliar setara Rp2.686 triliun dan tahun 2020 yang mencatatkan rekor sebesar US$205 miliarsetara Rp3.042 triliun. 

Penurunan ini terlihat dari makin sepinya suku global pemerintah seiring dengan membaiknya kondisi fiskal pemerintah dan tren tingkat bunga yang lebih tinggi membatasi aktifitas rilis sukuk global. 

Senior Communications Strategis Moodys, Xiaohan Chen mengatakan sepanjang paruh pertama 2022, rilis sukuk global hanya mencapai US$92 miliar setara Rp1.365 triliun, dibanding periode yang sama tahun 2021 sebesar US$102 miliar setara Rp1.513 triliun. Rilis sukuk global yang lebih kuat dari pasar Gulf Cooperation Council (GCC) berhasil menutupi sepinya rilis sukuk global dari pasar ASEAN dan Turki. 

“Di sisa tahun 2022, kami perkirakan rilis sukuk global mencapai US$75 miliar setara Rp1.113 triliun. Aktivitas rilis sukuk di kawasan ASEAN sepertinya akan meningkat, kami tidak berharap performa apik pasar GCC di semester I-2022 berlanjut di sisa tahun 2022,” kata Xiaohan dalam laman resmi, dikutip Senin, 12 September 2022.

Di pasar GCC, Arab Saudi tetap menjadi penerbit terbesar sukuk global, mewakili sekitar 63% atau US$28 miliar. Lalu diikuti Kuwait sebesar US$5,3 miliar dan juga Bahrain. 

Adapun di pasar ASEAN yang biasanya memimpin, mengalami penurunan terutama didorong kebijakan pemerintah Indonesia dan Malaysia yang merampingkan desifit fiskal mereka. Rilis sukuk dari kedu apemerintah tersebut turun 40% menjadi US$14 miliar, dibanding periode seblumnya US$23 miliar.

“Kami berharap dalam jangk apanjang, sukuk hijau juga akan meningkat seiring upaya pemeirntah mempromosikan agenda kebijakan keberlanjutan dan meningkatnya permintaan akan investasi berkelanjutan yang memicu penerbit baru  euntuk mempertimbangkan instrumen syariah hijau sebagai alternatif pembiayaan,” kata Xiahon.

Selain itu, instrumen sukuk sendiri sudah memenuhi beberapa persyaratan ESG, yang membuatnya lebih sesuai dengan investasi berkelanjutan. Tingginya minat pasar akan instrumen sukuk hijau atau ESG terefleksi dari pertumbuhan sukuk berkelanjutan dan sukuk hijau yang kuat dalam lima tahun terkahir, dengan nilai penerbitan mendekati US$8 miliar di tahun 2021, dibanding US$1 miliar di tahun 2017.