<p>Inilah cara menjaga kesehatan selama Anda melaksanakan isolasi atau karantina karena COVID-19/Freepik.com</p>
Nasional

Libur Panjang Picu Kenaikan Kasus, Kemenkes Minta Masyarakat yang Bergejala COVID-19 Langsung Isoman

  • Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan bahwa libur panjang dapat memicu kenaikan kasus. Oleh karena itu, Kemenkes meminta masyarakat yang bergejala untuk segera isoman.
Nasional
Justina Nur Landhiani

Justina Nur Landhiani

Author

JAKARTA - Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid mengatakan bahwa libur panjang yang terjadi pada Akhir Februari dan awal Maret 2022 berpotensi memicu kenaikan kasus COVID-19. Seperti yang diketahui, momen hari libur panjang biasanya memicu peningkatan interaksi dan mobilitas masyarakat terutama yang ingin bepergian ke luar daerah.

“Libur panjang selalu menjadi potensi terjadi peningkatan kasus, tetapi peningkatan kasus ini bisa kita tanggulangi dengan baik sehingga tidak menyebabkan sesuatu yang lebih parah, ini masih dalam batas yang bisa kita atasi bersama,” kata dr. Nadia seperti yang dikutip dari laman Sehat Negeriku pada 2 Maret 2022.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kenaikan kasus, pemerintah telah melakukan persiapan mulai dari penyediaan ruang perawatan COVID-19 di RS, obat-obatan dan oksigen medis, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di fasyankes serta mempercepat vaksinasi dosis lengkap dan booster bagi masyarakat berusia diatas 18 tahun.

Tidak hanya itu, Kemenkes juga memperkuat testing dan tracing yang dilanjutkan dengan treatment yang merupakan bagian penting dari penemuan kasus secara cepat agar tidak menjadi sumber penularan di tengah masyarakat. Hal ini mengingat, varian Omicron jauh lebih mudah dan cepat menyebar dibandingkan varian yang sebelumnya.

dr. Nadia mengungkapkan bahwa meski kemarin sempat long weekend dan mungkin terjadi kenaikan kasus, jika masyarakat mengalami gejala dan kontak erat, maka diminta untuk segera melakukan isolasi. Hal ini merupakan upaya untuk memutus mata rantai penularan, karena Omicron dapat menular dengan sangat cepat, dan jika tidak dilakukan deteksi dini maka kasus akan terus melonjak. Oleh karena itu, antisipasi masyarakat sangat penting untuk dilakukan.

dr. Nadia berharap berbagai upaya tersebut dapat mempertahankan perkembangan COVID-19 yang kian membaik sejak merebaknya Omicron pada Januari lalu. Dalam seminggu terakhir, kasus konfirmasi harian COVID-19 di 14 provinsi konsisten mengalami penurunan. Jumlah ini meningkat dibandingkan minggu sebelumnya yang hanya 10 provinsi.

dr Nadia merinci 14 provinsi tersebut diantaranya DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Maluku, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua dan Papua Barat.

Tak hanya itu, terdapat 7 Provinsi yang juga konsisten menunjukkan tren kasus melandai dalam seminggu terakhir yaitu Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Gorontalo, Bengkulu dan Lampung.

Kemenkes mencatat penurunan kasus konfirmasi harian diikuti dengan penurunan positivity rate dan tingkat keterisian ruang perawatan pasien COVID-19 di RS. Hingga akhir Februari, 14 provinsi mencatatkan penurunan positivity rate, sedangkan untuk tingkat keterisian RS COVID-19 (BOR) baik di Jawa-Bali maupun Luar Jawa-Bali rata-rata masih 30%. Meski begitu, masih ada beberapa daerah yang mengalami peningkatan kasus.

Untuk itu, pemerintah terus melakukan pemantauan di daerah-daerah yang mobilitas masyarakatnya tinggi terutama saat libur panjang. Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi lonjakan kasus COVID-19.