<p>Militer Myanmar/YouTube</p>
Dunia

Lika-Liku Ekonomi Myanmar Pasca Kudeta, Nilai Ekspor Turun Drastis

  • Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat sebagai respons terhadap kudeta militer telah memperburuk situasi ekonomi Myanmar dengan dampaknya pada perdagangan dan investasi internasional di Myanmar.

Dunia

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA -  Kementerian Perdagangan Myanmar merilis data ekspor negara tersebut yang tercatan hingga bulan maret 2024, ekspor Myanmar pada tahun fiskal 2023-2024 mencapai lebih dari US$14,61 miliar atau sekitar Rp236,86 triliun (kurs Rp16.210). 

Meskipun angka ini menunjukkan aktivitas perdagangan yang signifikan, terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai sekitar US$16,62 miliar atau sekitar Rp269,45 triliun.

Rincian data yang dirilis juga menunjukkan sektor swasta menjadi kontributor utama dalam ekspor Myanmar, menyumbang lebih dari US$10,59 miliar atau sekitar Rp171,69. 

Sementara itu, sektor pemerintah juga berperan penting dengan menyumbang lebih dari US$4,02 miliar atau sekitar Rp65,17 triliun.

Barang manufaktur menjadi andalan dalam struktur ekspor Myanmar, dengan nilai ekspor mencapai lebih dari US$8,84 miliar atau sekitar Rp143,31 triliun. 

Hal ini menunjukkan fokus yang kuat pada pengembangan sektor manufaktur dalam upaya meningkatkan ekspor negara.

Myanmar juga dikenal karena kemitraan dagangnya yang erat dengan beberapa negara, termasuk China, Thailand, Bangladesh, dan India. 

Kemitraan ini memberikan dukungan penting bagi ekonomi Myanmar, memungkinkan negara tersebut untuk memperluas pasar ekspornya dan meningkatkan kerja sama dagang internasional.

Meskipun terjadi penurunan dalam nilai ekspor pada tahun fiskal yang bersangkutan, data ini tetap memberikan gambaran penting bagi para pelaku bisnis dan pemangku kepentingan. 

Dengan berbagai inisiatif yang diambil oleh pemerintah Myanmar serta kerja sama dagang yang terjalin dengan negara-negara mitra, diharapkan ekspor Myanmar dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara tersebut dalam jangka panjang. 

Tantangan Ekonomi Myanmar

Gejolak politik dan krisis pasca kudeta militer 2021 masih menjadi tantangan utama bagi Myanmar. 

Situasi ini telah mengakibatkan dampak negatif yang signifikan pada penurunan jumlah investasi asing dan iklim usaha di negara tersebut. 

Selain itu, konflik bersenjata yang terus berlangsung di beberapa wilayah Myanmar juga telah mengganggu stabilitas ekonomi dan proses pembangunan.

Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat sebagai respons terhadap kudeta militer telah memperburuk situasi ini dengan dampaknya pada perdagangan dan investasi internasional di Myanmar. 

Pembatasan-pembatasan tersebut telah menimbulkan hambatan lebih lanjut bagi upaya pemulihan ekonomi negara dan memperumit langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah Myanmar untuk membangun kembali kepercayaan investor.

Dalam konteks ini, tantangan ekonomi yang dihadapi Myanmar menjadi semakin rumit dengan adanya faktor-faktor politik dan keamanan yang berkepanjangan. 

Diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah Myanmar, masyarakat internasional, dan aktor-aktor regional, untuk mengatasi masalah ini dan membawa stabilitas serta kemakmuran bagi rakyat Myanmar.