Ilustrasi bank.
Perbankan

Likuiditas Ketat, NIM Bank KBMI 4 Tertekan oleh Perang Harga

  • Tim Riset Stockbit menilai bahwa faktor utama yang memengaruhi hasil ini adalah meningkatnya biaya pendanaan (cost of fund/CoF) yang menyebabkan penurunan NIM, kecuali untuk PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA).

Perbankan

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA – Performa keuangan dari empat bank besar di Indonesia, atau yang tergabung dalam  Kelompok Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) 4 pada kuartal pertama tahun 2024 menunjukkan penurunan kinerja marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM).  

Tim Riset Stockbit menilai bahwa faktor utama yang memengaruhi hasil ini adalah meningkatnya biaya pendanaan (cost of fund/CoF) yang menyebabkan penurunan NIM, kecuali untuk PT Bank Central Asia Tbk (BCA/BBCA). 

Kenaikan biaya pendanaan ini dipicu oleh perang harga di pasar yang semakin ketat seiring dengan pengetatan likuiditas.

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI/BBRI) mencatat NIM di level 6,59% pada akhir Maret 2024, turun dari 6,67% yang dibukukan pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Kemudian, NIM PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) berada di angka 4,89% pada akhir kuartal I-2024, menyusut dari 5,11% pada kuartal I-2023. 

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI/BNII) pun tidak luput dari penurunan NIM, yang angkanya berada di posisi 4,68% pada kuartal I-2024 sebelum menyusut ke 4,01% pada kuartal I-2024.

Hanya BCA yang tidak mengalami penyusutan pada NIM mereka, yang mana rasio marjin bunga bersih Perseroan tetap stabil di 5,6%, sama seperti periode yang sama tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Bank Mandiri Perkuat Peran Mandiri Agen Demi Komitmen Dorong Inklusi Keuangan

Tim Riset Stockbit pun menyebutkan bahwa dampak dari penurunan profitabilitas pada kuartal pertama tahun 2024, manajemen Bank Mandiri dan BRI memutuskan untuk menurunkan proyeksi NIM mereka untuk tahun fiskal 2024. 

Sementara itu, BNI sedang meninjau kembali proyeksi NIM mereka untuk tahun fiskal yang sama, dengan perkiraan bahwa bank tersebut kemungkinan juga akan menurunkan target tersebut.

Dari segi penyaluran kredit, empat bank besar tersebut mencatat pertumbuhan yang solid, bahkan mencapai dua digit, kecuali untuk BBNI. 

Pertumbuhan ini didorong terutama oleh sektor korporasi, khususnya industri smelter dan pertambangan logam. Namun, pertumbuhan kredit yang signifikan ini kemungkinan akan melambat dalam sisa tahun ini, karena manajemen berupaya menjaga keseimbangan antara pertumbuhan kredit dan NIM. 

Tanda-tanda perlambatan dalam penyaluran kredit ke depan juga dapat terlihat dari keputusan manajemen BCA, BBNI, dan BMRI yang tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan kredit untuk tahun fiskal 2024, sementara BBRI bahkan menurunkan proyeksi pertumbuhan mereka.

“Ke depan, risiko yang perlu diperhatikan dalam Big 4 Banks adalah potensi penurunan kualitas aset, terutama pada segmen mikro dan UMKM, yang mengakibatkan kenaikan cost of credit. Hal ini sudah terlihat dari pemburukan kualitas aset dan pembengkakan beban provisi yang dicatatkan oleh BBRI pada kuartal I-2024,” papar Tim Riset Stockbit dikutip dari risetnya, Rabu, 8 Mei 2024.