<p>Wisma BNI 46 menjadi simbol gedung-gedung pencakar langit di Jakarta / Shutterstock</p>
Nasional

Likuiditas Perekonomian Tumbuh, Uang Beredar Bulan Juli Capai Rp8.970,8 Triliun

  • Pertumbuhan M2 didorong oleh beberapa faktor utama, diantaranya peningkatan uang beredar sempit (M1) yang tumbuh sebesar 6,3 persen (yoy), serta uang kuasi yang mengalami peningkatan sebesar 7,2 persen (yoy).

Nasional

Muhammad Imam Hatami

JAKARTA - Likuiditas perekonomian Indonesia atau uang beredar (M2) pada bulan Juli 2024 tercatat sebesar Rp8.970,8 triliun, jumlah tersebut mencatatkan pertumbuhan sebesar 7,4% secara tahunan (year on year/yoy). Meskipun angka ini menunjukkan peningkatan, pertumbuhan M2 pada bulan Juli sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 7,7% (yoy).

"Likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas pada Juli 2024 tetap tumbuh," papar Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono di Jakarta, Jumat (23/8).

Pertumbuhan ini mencerminkan dinamika ekonomi yang terus berkembang, meskipun terdapat beberapa faktor yang menahan laju pertumbuhan.

Pada bulan Juli 2024, jumlah uang kartal yang beredar di masyarakat mencapai Rp939,5 triliun. Angka ini mencatat kenaikan pertumbuhan tahunan menjadi 10,1%, dari yang sebelumnya 9,0% pada bulan Juni 2024.

Di sisi lain, giro rupiah tercatat sebesar Rp1.685,7 triliun dengan pertumbuhan tahunan 6,4%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 9,3%.

Sementara itu, tabungan rupiah yang dapat diambil kapan saja menyumbang 46,9% dari M1, dengan total nilai emncapai Rp2.317,2 triliun pada bulan Juli 2024. 

Faktor utama yang Mempengaruhi M2

Pertumbuhan M2 didorong oleh beberapa faktor utama, diantaranya peningkatan uang beredar sempit (M1) yang tumbuh sebesar 6,3 persen (yoy), serta uang kuasi yang mengalami peningkatan sebesar 7,2 persen (yoy). 

"Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit sebesar 6,3% dan uang kuasi 7,2% ," tambah Erwin.

Penyaluran kredit juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan M2 pada bulan tersebut. Kredit diketahui tumbuh sebesar 11,6 persen (yoy). 

Selain itu, peningkatan tagihan bersih kepada pemerintah pusat yang mencapai 15,8 persen (yoy) juga turut mendorong pertumbuhan M2.

Di sisi lain, aktiva luar negeri bersih mengalami kontraksi sebesar 0,1 persen (yoy), setelah sebelumnya mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,1 persen (yoy) pada Juni 2024. 

Hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam aliran keuangan internasional yang mempengaruhi posisi aktiva luar negeri Indonesia.

Jenis kredit yang mendukung pertumbuhan M2 pada Juli 2024 terdiri dari pinjaman yang diberikan dalam bentuk loans, tanpa melibatkan instrumen keuangan lainnya seperti surat berharga, tagihan akseptasi, atau tagihan repo. 

Kredit yang dihitung dalam data ini juga tidak mencakup kredit dari kantor bank umum di luar negeri, serta kredit yang disalurkan kepada pemerintah pusat atau bukan penduduk.

Data ini mengindikasikan walaupun terjadi sedikit penurunan laju pertumbuhan M2, likuiditas perekonomian Indonesia tetap kuat, didukung oleh penyaluran kredit yang terus berkembang dan peningkatan tagihan kepada pemerintah pusat. 

Dengan demikian, kondisi ini menunjukkan sektor keuangan dan perbankan Indonesia masih berada dalam jalur yang positif, meskipun tantangan eksternal tetap perlu diwaspadai.