Lima Raksasa Teknologi Dituduh Eksploitasi Anak
Jakarta- Sejumlah perusahaan teknologi dituntut atas tuduhan eksploitasi penambang kobalt anak di Republik Demokratik Kongo. Dilansir dari Reuters (17/12) Gugatan hukum diajukan atas nama 14 keluarga oleh International Rights Advocates, sebuah organisasi nirlaba asal Amerika Serikat. Adapaun perusahaan yang dituntut adalah Tesla Inc, Apple Inc, Alphabet Inc, Microsoft Corp, dan Dell Technologies Inc. Tuntutan ini […]
Nasional & Dunia
Jakarta- Sejumlah perusahaan teknologi dituntut atas tuduhan eksploitasi penambang kobalt anak di Republik Demokratik Kongo.
Dilansir dari Reuters (17/12) Gugatan hukum diajukan atas nama 14 keluarga oleh International Rights Advocates, sebuah organisasi nirlaba asal Amerika Serikat. Adapaun perusahaan yang dituntut adalah Tesla Inc, Apple Inc, Alphabet Inc, Microsoft Corp, dan Dell Technologies Inc.
Tuntutan ini berawal dari klaim sistem kerje paksa yang mengakibatkan kematian dan cedera pada anak-anak. Enam dari 14 anak dilaporkan tewas dalam insiden terowongan runtuh dan sisanya mengalami kelumpuhan dan cacat permanen.
Terrence Collingsworth, pengacara penggugat mengatakan perusahaan raksasa inilah yang membuat anak-anak menjadi korban demi mendapatkan harga kobalt yang murah.
Seperti diketahui, koblat merupakan bahan baku pembuatan baterai lithium isi ulang yang saat ini digunakan dalam hampir semua perangkat elektronik di seluruh dunia. Perkembangan teknologi membuat permintaan pasar akan logam ini terus naik dan diperkirakan akan meningkat 7 sampai 13 persen tiap tahun.
Saat ini, 59 persen kobalt dunia ditambang di Kongo. Praktik pertambangan di Kongo yang kental unsur kolonialisme memang sudah terjadi lama sejak dikuasai oleh Belgia dulu. Meskipun Kongo diberkahi dengan sumber daya alam (SDA) yang melimpah, namun alih-alih warganya sejahtera, penguasaan SDA membuat kolonialisme dan konflik horizontal merajalela.
Dalam gugatan itu juga dikatakan jika masalah finansial menjadi salah atu faktor terlibatnya anak di bawah umur dalam penambangan. Anak-anak yang sebagian berusia 6 tahun dipaksa keluarga mereka untuk meninggalkan sekolah dan bekerja di pertambangan kobalt milik perusahaan tambang Inggris Glencore. Glencore sebelumnya telah dituduh menggunakan pekerja anak.
“Beberapa anak dibayar hanya US$1,50 per hari dan bekerja 6 hari seminggu,” kata Collingsworth
Sampai dengan saat ini, pihak perusahaan yang telah memberikan komentar tentang tuntutan ini hanyalah Dell. Pihaknya mengatakan tidak pernah secara sadar mengeksploitasi pekerja tambang, khususnya anak-anak dan segera melakukan penyelidikan terkait gugatan yang dilayangkan padanya.