Lima Transaksi Tak Biasa di Bank Mayapada
- Kerugian di tiga area luar Jawa membebani bank dan menggerus laba perusahaan
Perbankan
JAKARTA - PT Bank Mayapada Internasional Tbk (MAYA) milik Dato’ Sri Tahir merupakan salah satu bank dengan aset besar di industri perbankan Indonesia. Sampai kuartal I-2023, aset bank ini mencapai Rp142,34 triliun. Pinjaman kepada debiturnya sekitar Rp95,92 triliun.
Menariknya, dengan pinjaman sebesar itu, laba bersih periode berjalan hanya Rp35,51 miliar. Inilah yang membuat beban pajak penghasilan bank ini juga kecil, sebesar Rp8,04 miliar.
Menyimak laporan keuangan Bank Mayapada sepanjang tahun 2022, bank ini juga hanya mencatatkan laba mini, sebesar Rp25,99 miliar. Padahal kredit yang mereka salurkan mencapai Rp94,52 triliun dengan dana pihak ketiga senilai Rp114,87 triliun. Per Desember 2022 Bank Mayapada memiliki 199 kantor yang tersebar di 73 kota besar dan 25 provinsi.
Dari data laporan keuangan Bank Mayapada tahun 2022, terungkap sejumlah faktor yang membuat bank beraset Rp135 triliun ini hanya mencatat untung mini. Berikut catatan laporan keuangan bank tahun 2022.
1. Pendapatan Bunga Bersumber di Jawa-Bali-Lombok
Berdasarkan catatan 41 segmen operasi laporan keuangan tahun 2022, terungkap bahwa Bank Mayapada memiliki 4 wilayah operasi besar. Pertama, Jawa, Bali dan Lombok. Kedua, Sumatera, ketiga, Kalimantan dan keempat Sulawesi, Maluku dan Papua.
Dari total pinjaman yang diberikan, Bank Mayapada mengantongi pendapatan bunga sebesar Rp7,71 triliun. Dari jumlah itu, pendapatan bunga terbesar ada di Jawa, Bali dan Lombok senilai Rp7,67 triliun. Sementara Sumatera Rp19,94 miliar, Kalimantan Rp16,09 miliar dan Sulawesi, Maluku, Papua berkontribusi Rp4,99 miliar.
2. Beban Bunga Luar Jawa Luarbiasa Besar
Dari pos ini, pada tahun 2022 Bank Mayapada mencatatkan beban bunga sebesar Rp5,89 triliun. Ke mana saja dana itu mengalir? Ini yang menarik.
Dari catatan keuangan bank terungkap, kendati pendapatan bunga dari tiga wilayah di luar Jawa kecil, namun beban bunga dari tiga area tersebut justru sangat besar.
Beban bunga dari area Sumatera tercatat sebesar Rp748,00 miliar, Kalimantan Rp236,32 miliar dan Sulawesi, Maluku, Papua sebanyak Rp178,95 miliar. Adapun dari area Jawa, Bali, Lombok bank mengucurkan beban bunga kepada pada deposannya sebesar Rp4,73 triliun.
Besarnya beban bunga yang harus dibayar bank membuat tiga area di luar Jawa mencatatkan pendapatan (beban) bunga bersih negatif alias merugi.
Sumatera tercatat minus Rp728,05 miliar, Kalimantan negatif Rp220,23 miliar dan Sulawesi, Maluku, Papua minus Rp173,96 miliar. Adapun dari area Jawa, Bali, Lombok bank mengantongi pendapatan bunga bersih positif yaitu senilai Rp2,94 triliun. Inilah yang menjadikan Mayapada hanya mencatat pendapatan bunga bersih positif Rp1,82 triliun di akhir 2022.
3. Gaji dan Tunjangan Besar
Bank Mayapada tercatat mengeluarkan biaya senilai Rp 694,84 miliar untuk biaya gaji dan tunjangan selama tahun 2022. Mengingat bank ini memiliki 199 kantor cabang di 25 propinsi, biaya gaji dan tunjangannya juga tersebar di berbagai area.
Untuk pos ini, per 31 Desember 2022, area Jawa Bali Lombok tercatat membayarkan gaji dan tunjangan sebesar Rp 608,40 miliar. Adapun biaya di Sumatera tercatat sebesar Rp47,66 miliar, Kalimantan Rp19,98 miliar dan Sulawesi, Maluku, Papua sebanyak Rp18,78 miliar.
Besarnya beban gaji dan tunjangan di area luar Jawa ini membuat bisnis Mayapada menjadi semakin tertekan. Karena sebelumnya sudah mengalami pendapatan bunga negatif akibat besarnya beban bunga, sementara pendapatan bunga yang diperoleh dari penyaluran kredit sangat kecil.
- Penerimaan Pajak Semester I-2023 Tembus Rp970 Triliun
- Kurang dari Seminggu, Konglomerat Ini Cuan Ratusan Juta dari BYAN
- Hari Koperasi 2023: Memahami Koperasi Sebagai Sendi Demokrasi Ekonomi
4. Beban Umum dan Administrasi Terkonsentrasi di Jawa
Pada tahun 2022, Bank Mayapada menghabiskan biaya sebesar Rp764,31 miliar untuk pos beban umum dan administrasi ini. Meningkat dibandingkan tahun 2021 sebesar Rp 667,93 miliar.
Area Jawa Bali Lombok tercatat menghabiskan biaya umum dan administrasi sebesar Rp720,79 miliar. Adapun biaya di Sumatera tercatat sebesar Rp23,36, miliar, Kalimantan Rp9,38 miliar dan Sulawesi, Maluku, Papua sebanyak Rp10,75 miliar.
Biaya terbesar untuk pos ini mengalir untuk imbalan jasa profesi Rp176,40 milar, penyusutan aset tetap Rp129,14 miliar dan biaya keanggotaan Rp69,75 miliar.
5. Rugi Tahun Berjalan Luar Jawa Memangkas Laba
Pada akhir tahun 2022 Bank Mayapada mencatatkan keuntungan bersih sebesar Rp25,99 miliar. Jumlah ini sangat kecil jika dibandingkan dengan pendapatan bunga yang diperoleh bank sebesar Rp7,71 triliun dari hasil penyaluran kredit dan bisnis lainnya.
Namun karena beban bunga dan kerugian yang dialami oleh bisnis Bank Mayapada di tiga area di luar Jawa mencapai ratusan miliar rupiah, keuntungan Mayapada ikut kempes. Area Jawa Bali Lombok tercatat mengantongi laba tahun berjalan Rp1,25 triliun.
Adapun di Sumatera tercatat rugi sebesar Rp786,04 miliar, Kalimantan rugi Rp243,28 miliar, sementara Sulawesi, Maluku, Papua juga tercatat rugi sebanyak Rp202,43 miliar.
Catatan laporan keuangan Bank Mayapada tahun 2022 tersebut polanya mirip dengan kinerjanya di tahun 2021. Di mana kerugian di tiga area luar Jawa membebani bank dan menggerus laba perusahaan.
Tahun 2021, kerugian di tiga area Sumatera, Kalimatan dan Sulawesi, Maluku, Lombok mencapai Rp1,31 triliun, sementara di area Jawa, Bali, Lombok Bank Mayapada mencatat laba Rp1,35 triliun. Itulah sebabnya di akhir periode laba bersih bank ini hanya Rp44,12 miliar dengan beban pajak penghasilan senilai Rp28,08 miliar.
Laporan keuangan Bank Mayapada tahun 2022 diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan, anggota dari Crowe Horwath International.