Limbah Batu Bara Bisa untuk Pupuk Tanaman, Begini Penjelasannya
JAKARTA – Limbah batu bara alias fly ash dan bottom ash (FABA) dinilai efektif untuk diolah sebagai pembenah tanah atau pupuk. Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekMIRA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, limbah ini memiliki partikel bahan yang terdapat di tanah dan tanaman secara umum. Kandungan tersebut meliputi, Power of […]
JAKARTA – Limbah batu bara alias fly ash dan bottom ash (FABA) dinilai efektif untuk diolah sebagai pembenah tanah atau pupuk.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (Puslitbang tekMIRA) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, limbah ini memiliki partikel bahan yang terdapat di tanah dan tanaman secara umum.
Kandungan tersebut meliputi, Power of Hydrogen (pH) 4,5 – 12, SiO2, Al2O3, Fe2O3, K2O, Na2O, CaO,MgO, MnO dan usur lain seperti, Fe, Mn, B, Mo, Cu, Zn, Cl, Co.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
“Karasteristik FABA cocok untuk lahan kering masam dan lahan gambut,” mengutip Peneliti Puslitbang tekMIRA Wulandari Surono dalam keterangan tertulis, Selasa, 6 April 2021.
Selain itu, ia mengungkapkan fungsi lain dari FABA yang mampu memperbaiki tekstur tanah, aerasi, perkolasi dan kemampuan menahan air (WHC) di area kelola.
Lebih lanjut, pemanfaatannya juga bisa untuk menurunkan bulk density atau kepadatan tanah dan konsumsi material amelioran lainnya.
FABA, kata Wulandari, mengandung hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, kecuali unsur C (karbon) dan N (nitrogen). Dengan demikian, ia mampu menurunkan mobilitas dan ketersediaan logam dalam tanah. Ini disebabkan karena abunya yang basa dan mengandung AI dan Fe sebagai sumber kation polivalen.
Diketahui, Pulitbang tekMIRA sendiri bekerja sama dengan sejumlah institusi dalam proses uji coba FABA. Sejak 2006, uji coba dilakukan di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Kalimantan dan telah diaplikasikan pada tanah tailing sisa pengelolaan tembaga dan tanah tambang di Sumatera.
Kemudian, rentang 2009-2017 hasil FABA dari PLTU Jawa juga diterapkan pada tanah perkebunan, tanah terdegradasi, dan tanah masam. Terakhir, pada tahun lalu metode fly ash batu bara, fly ash biomassa dan campuran keduanya juga diaplikasikan di Subiksa serta diklaim berhasil meningkatkan pH di tanah gambut.