Ladang minyak Daqing di provinsi Heilongjiang, China (Reuters/Stringer)
Energi

Lokasi Jadi Kendala WK Akimeugah Tak Kunjung Dikelola

  • Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut telah banyak perusahaan yang menyatakan minat untuk mengelola wilayah kerja (WK) Akimeugah di Papua.

Energi

Debrinata Rizky

JAKARTA - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) menyebut telah banyak perusahaan yang menyatakan minat untuk mengelola wilayah kerja (WK) Akimeugah di Papua.

Hal tersebut disampaikan oleh Penasehat Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf. Namun sayangnya posisi WK Akimeugah yang berada di Taman Nasional Lorentz hanya tersisa sebagian kecil saja.

“Saya lihat banyak juga yang tertarik dengan Akimeugah, hanya saja WK ini masih berada di Taman Nasional Lorentz,” ujarnya di Tangerang dilansir pada Jumat, 17 Mei 2024.

Dari pihak-pihak yang menunjukkan ketertarikan, Nanang mengiyakan bahwa salah satunya adalah perusahaan asing asal Amerika.

Sekadar informasi,  Kementerian ESDM mengatakan pergantian nama ini dilakukan dengan memotong bagian yang berada di dalam wilayah taman nasional agar potensi migasnya dapat segera dikembangkan tanpa harus menunggu restu dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Di mana sebagian wilayah WK Akimeugah I dan II masuk ke dalam Taman Nasional Lorentz yang merupakan kawasan konservasi. WK migas yang berlokasi di Papua itu dahulu bernama Cekungan Warim, namun kini telah berganti nama menjadi Blok Akimeugah I dan II.

Sembilan tahun sudah cekungan minyak dan gas (migas) bernama Warim Basin di Papua berstatus open area alias tak menjadi wilayah kerja untuk perusahaan manapun.

Syahdan, perusahaan migas asal Houston, Texas, Amerika Serikat (AS) yaitu ConocoPhillips melalui ConocoPhillips Indonesia Inc. Ltd. (COPI) pernah memiliki 80% saham Blok Warim sejak 1997.

Meskipun rekam jejak bisnisnya sudah panjang, pemerintah kala itu tak puas dengan kontrak bagi hasil (production sharing contract/ PSC) dengan COPI. Pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencak-mencak lantaran ConocoPhillips tak kunjung melakukan eksplorasi.

Alhasil, lapangan yang tidak dikembangkan oleh ConocoPhillips wajib dikembalikan ke Indonesia pada 2015. Kementerian ESDM mengungkapkan jika Blok Warim menyimpan potensi minyak sebesar 25,96 miliar barel dan potensi cadangan gas bumi sebesar 47,37 triliun cubic feet (TCF).

Dikalikan dengan harga minta mentah (Indonesia Crude Price/ ICP) Agustus 2023 sebesar US$82,59 per barel, maka potensi nilainya mencapai USUS$2,144 triliun.

Dengan kata lain, di bawah tanah Blok Warim tersimpan potensi cadangan minyak senilai Rp34.991 triliun (asumsi kurs Rp15.383 per dolar AS) hanya dari potensi minyak.