Nampak LRT tengah ujicoba melintas di kawasan Jl Rasuna Said Kuningan. PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI optimistis Light Rail Transit (LRT) Jabodebek dapat beroperasi sesuai target pada Juli 2023 usai mencapai progres 90 persen. Foto : Panji Asmoro/TrenAsia
Industri

Longspan LRT Dianggap Salah, Begini Desain Seharusnya

  • Terlepas dari polemik, ada sejumlah fakta menarik mengenai jembatan yang membentang dari Gatot Subroto ke Kuningan tersebut.
Industri
Drean Muhyil Ihsan

Drean Muhyil Ihsan

Author

JAKARTA—Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyebut tikungan LRT Jabodebek seharusnya lebih lebar agar kereta bisa melaju lebih cepat, namun yang terjadi saat ini tikungannya telanjur dibikin sempit. 

Pria yang akrab disapa Tiko itu menyebut, karena hal itu, kereta pada jalur LRT tidak dapat melaju dengan maksimal. Praktis kecepatan kereta tak lebih dari 20 km per jam saja, terutama saat melewati tikungan-tikungan.

“Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up. Karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau enggak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelan banget,” ujarnya kepada media belum lama ini.

Menurutnya, bukan hanya tikungan yang bermasalah. Menurut Wakil Menteri BUMN itu, LRT adalah proyek besar, ada banyak komponen, tapi tak ada integrator. Ia menuturkan, pada dasarnya ada enam komponen dalam proyek LRT Jabodebek.

Namun demikian, jembatan lengkung bentang panjang (longspan) LRT Jabodebek tengah menjadi buah bibir usai diklaim salah desain oleh Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi hingga Presiden Joko Widodo ikut merespons pernyataan dari sesama pejabat tersebut. 

Budi menegaskan proyek bikinan BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk tersebut telah menerapkan solusi optimal dari para arsitek dan teknisi dalam menghadapi tantangan lapangan. Terlepas dari polemik, ada sejumlah fakta menarik mengenai jembatan yang membentang dari Gatot Subroto ke Kuningan tersebut. Berikut ulasannya!

Kesulitan Tingkat Tinggi

Jembatan longspan sebagai jalur LRT Jabodebek dibangun di atas tiga konstruksi lain sekaligus yaitu yaitu underpass (lintas bawah), jalan arteri, dan fly over jalan tol. Ketiga jalan di bawahnya tersebut tidak boleh diganggu sama sekali karena merupakan wilayah dengan volume lalu lintas yang tinggi. 

Bahkan untuk pengerjaannya sendiri dilakukan pada saat malam hari dengan window time ketika jalan raya mulai sepi lalu lintasnya mulai pukul 23.00 WIB hingga 04.00 WIB.

Desain Srikandi Bangsa

Terdapat empat opsi metode jembatan yang akan dipakai dalam pembangunan proyek ini. Metode tersebut yaitu steel box girder dengan metode incremental launching, cable stayed, concrete box girder balanced cantilever dengan kolom di Tengah yang didesain oleh Perancis. 

Metode terakhir yaitu concrete box girder balanced cantilever dengan bentang utama 148 meter menjadi pilihan dalam pembangunan jembatan ini yang desainnya dikerjakan oleh Srikandi bangsa, Arvilla Delitriana. 

Metode tersebut dipilih setelah melalui beberapa penilaian dengan empat elemen yang meliputi waktu, biaya, mutu, dan keselamatan serta berbagai pertimbangan lapangan.

Gunakan Material Berjumlah Fantastis

Pembangunan jembatan ini diketahui menggunakan berbagai material mulai dari besi, beton, dan komponen lainnya dalam skala besar. Berat material besi beton yang digunakan mencapai 2.929,7 ton atau setara 3,2 kali pesawat Airbus A-380. 

Panjang total material PC wire / Strand mencapai 161,5 kilometer atau setara 1,2 kali jarak Jakarta-Bandung. Lebih lanjut, material beton readymix yang digunakan tidak kalah fantastis yaitu mencapai 9.688,8 ton atau 3,2 kali berat patung Garuda Wisnu Kencana di Bali.

Raih Rekor Muri 

Tidak hanya berbagai kesulitan dan jumlah material yang fantastis, proyek jembatan ini juga meraih rekor muri dalam pembangunannya. Tercatat bangunan ini merupakan jembatan kereta box beton lengkung dengan bentang terpanjang. Selain itu bangunan ini juga tercatat sebagai jembatan dengan pembebanan axial static load test terbesar.