<p>Karyawan menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di salah satu Bank BUMN di Jakarta, Selasa 2 Juni 2020. Foto: Ismail Pohan/TrenAsia</p>
Fintech

Lowongan Pekerjaan AS Naik di Atas Ekspektasi, Rupiah Berpotensi Loyo Lagi

  • Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 4 Oktober 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 49 poin di posisi Rp15.629 per-dolar AS.
Fintech
Idham Nur Indrajaya

Idham Nur Indrajaya

Author

JAKARTA - Nilai kurs rupiah diprediksi dapat melemah lagi pada perdagangan hari ini karena lowongan pekerjaan di Amerika Serikat (AS) yang naik di atas ekspektasi pada Agustus 2023.

Menurut data perdagangan Bloomberg, Rabu, 4 Oktober 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 49 poin di posisi Rp15.629 per-dolar AS.

Pada perdagangan sebelumnya, Selasa, 3 Oktober 2023, nilai kurs rupiah ditutup melemah 50 poin di level Rp15.580 per-dolar AS.  

Analis PT Sinarmas Futures Ariston  Tjendra mengatakan, faktor yang berpotensi mendorong pelemahan pada rupiah hari ini di antaranya adalah tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS yang masih menguat.

Hal tersebut mengindikasikan bahwa ekspektasi kebijakan suku bunga tinggi dari The Federal Reserve (The Fed) masih cukup kuat dan mempengaruhi nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya.

Selain itu, AS pun melaporkan jumlah lowongan pekerjaan mencapai 9,6 juta pada Agustus 2023, naik dari 8,9 juta yang tercatat pada bulan sebelumnya.

"Kondisi ketenagakerjaan AS yang solid masih bisa mendukung suku bunga tinggi untuk meredam inflasi," kata Ariston kepada TrenAsia, Rabu, 4 Oktober 2023.

Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah ke arah Rp15.630-Rp15.650 per-dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp15.550 per-dolar AS.

Rupiah Berpotensi Tembus Rp15.800 per-dolar AS Pekan Ini

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan bahwa pekan ini, nilai kurs rupiah berpotensi melemah hingga menyentuh kisaran Rp15.800 per-dolar AS.

Menurut Ibrahim, potensi pelemahan rupiah pada pekan ini disebabkan oleh melemahnya prospek perekonomian di wilayah ASEAN yang pada gilirannya akan berdampak kepada mata uang di kawasan tersebut, termasuk Indonesia.

"Rupiah minggu ini diperkirakan mendekati Rp.15.800 per-dolar AS," kata Ibrahim kepada wartawan, dikutip Rabu, 4 Oktober 2023.

Berakhirnya periode pemulihan pasca pandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS), pelemahan sektor semikonduktor, dan permintaan domestik yang rendah memberikan gambaran yang kurang optimis terhadap prospek ekonomi ASEAN, termasuk Indonesia.

Akan tetapi, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dalam kuartal terakhir dikatakan Ibrahim masih menunjukkan tanda-tanda yang cukup positif.

Meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya menggembirakan, kemungkinan perlambatan akan menjadi lebih nyata pada kuartal ketiga tahun 2023.

Proyeksi pertumbuhan Indonesia untuk tahun ini berada di sekitar 5,1%, yang sesuai dengan tren pertumbuhan historis sebelumnya. Namun, ada potensi perlambatan ringan hingga mencapai angka 4,7% di tahun depan jika mempertimbangkan adanya hambatan eksternal seperti dampak dari kebijakan pengetatan moneter yang terus berlangsung.

Ibrahim menyebutkan, terdapat beberapa alasan di balik perlambatan pertumbuhan yang diharapkan terjadi pada kuartal ketiga tahun 2023. Salah satu faktor utamanya adalah perlambatan pemulihan ekonomi Tiongkok pasca pandemi, yang telah mengakibatkan penurunan yang signifikan dalam proyeksi pertumbuhan.

Hambatan utama lainnya adalah penurunan sektor ekspor pada tahun lalu, yang masih terus berlanjut. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pergeseran permintaan global dari barang ke jasa.