<p>Begitu besarnya potensi ekonomi digital di Indonesia membuat perusahaan rintisan alias startup cukup menggiurkan bagi investor lokal dan asing / Shutterstock</p>
Nasional

Luhut Prediksi Nilai Ekonomi Digital Indonesia Capai Rp2,07 Kuadriliun pada 2025

  • Luhut pun mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan negara lain di Asia Tenggara dan terbukti mampu untuk menjadi penopang perekonomian dalam situasi pandemi.

Nasional

Idham Nur Indrajaya

JAKARTA - Menteri Koordinator Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai US$140 miliar atau setara dengan Rp2,07 kuadriliun dalam asumsi kurs Rp14.800 per dolar Amerika Serikat (AS).

Angka tersebut adalah dua kali lipatnya dari nilai ekonomi digital Indonesia yang tercatat pada 2021, yakni US$70 miliar (Rp1,03 kuadriliun).

Hal tersebut disampaikan Luhut saat dirinya menjadi pembicara dalam acara "Enunciating New Indonesia Homeground Unicorns", yakni salah satu rangkaian dari NXC International Summit 2022 yang merupakan pertemuan akbar perusahaan rintisan (start up) dan modal ventura.

Luhut pun mengatakan bahwa ekonomi digital Indonesia mengalami pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan negara lain di Asia Tenggara dan terbukti mampu untuk menjadi penopang perekonomian dalam situasi pandemi.

"Ekonomi digital memiliki peran penting dalam mencapai visi Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045," ujar Luhut dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 6 September 2022.

Luhut menegaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, termasuk mendorong lebih banyaknya unicorn yang bermunculan.

"Pemerintah tidak hanya akan bertindak sebagai regulator, namun juga fasilitator bahkan akselerator," papar Luhut.

Dalam agenda yang dihadiri Luhut itu, turut hadir juga lima perwakilan unicorn dari Indonesia, di antaranya CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata, COO Xendit Tessa Wijaya, CEO J&T Express Robin Lo, CEO & Co-founder Blibli Kusumo Martanto, dan CEO tiket.com George Hendrata.  

Kusumo Martanto sebagai perwakilan Blibli menyampaikan bahwa pelabelan status unicorn sebenarnya hanyalah sebuah awal. Yang lebih penting bagi start up adalah bagaimana mempertahankan bisnis secara berkelanjutan, apalagi perilaku konsumen akan terus berubah seiring berjalannya waktu.

"Hal tersebut mendorong kami untuk fokus mempersiapkan ekosistem dan memperkuat sinergi jaringan offline-online atau omnichannel. Dengan demikian, Blibli sudah siap dengan segala bentuk disrupsi dan pergeseran perilaku di masa yang akan datang," kata Kusumo.

CEO tiket.com George Hendrata mengingatkan kepada para start up bahwa memahami pasar akan sangat membantu perusahaan dalam menciptakan solusi yang tepat dan relevan.

"Fokus pada kebutuhan stakeholder, mulai dari pelanggan, pemegang saham, termasuk para karyawan merupakan kunci dari perjalanan tiket.com selama ini," ungkap George.

George pun mengemukakan bahwa dalam mendorong perusahaan untuk menjadi unicorn, dibutuhkan konsistensi baik dalam inovasi maupun kualitas layanan, dan hal itu bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan namun dapat memberikan hasil yang sepadan.