Macron Minta Gencatan Senjata di Gaza, Netanyahu Kukuh Serang Rafah
- Macron juga menyampaikan solidaritasnya kepada rakyat Israel setelah serangan Iran, sambil menegaskan penolakannya terhadap serangan Israel di Rafah, Gaza selatan.
Dunia
JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali meminta Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk melakukan gencatan senjata di Gaza, selama sesi panggilan telepon dengan PM Israel tersebut.
Macron menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata segera dan harus berlangsung “abadi” di Gaza.
Dialog tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di wilayah tersebut, termasuk setelah serangan Iran baru-baru ini.
Dilansir dari Xinhua, Selasa, 23 April, 2024, Macron juga menyampaikan solidaritasnya kepada rakyat Israel setelah serangan Iran, sambil menegaskan penolakannya terhadap serangan Israel di Rafah, Gaza selatan.
Macron menekankan urgensi dari bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza dan menyerukan pembebasan semua sandera tanpa syarat sebagai langkah penting menuju stabilisasi situasi.
Lebih lanjut, Macron menegaskan dukungannya terhadap solusi dua negara sebagai satu-satunya jalan menuju perdamaian abadi di Timur Tengah.
Hal tersebut merupakan poin yang telah menjadi pusat perhatian komunitas internasional dalam upaya penyelesaian konflik yang berkelanjutan di wilayah tersebut.
- Jokowi Resmikan Inpres Jalan Daerah Sepanjang 22,4 km di Sulawesi Barat
- Kontroversi Nama Fandom ILLIT yang Dikritik Fans NMIXX dan Lisa BLACKPINK
- Hari Ini RUPS, Cek Historis Dividen Sampoerna (HMSP)
Selain berbicara dengan PM Netanyahu, Macron juga berdiskusi dengan Presiden Mesir Abdel-Fattah al-Sisi tentang situasi di Timur Tengah.
Diskusi antara Presiden Macron dan Presiden Mesir al-Sisi menegaskan komitmen Prancis dalam menangani ketegangan di Timur Tengah secara menyeluruh.
Dengan berbicara kepada pemimpin regional seperti al-Sisi, Macron memperkuat upaya diplomasi Prancis untuk mengatasi tantangan yang kompleks di kawasan tersebut.
Gencatan senjata dan pencarian solusi politik untuk Gaza menjadi prioritas yang terus didorong, dan dukungan dari pemimpin global seperti Macron memberikan momentum penting dalam proses tersebut.
Melalui dialog dan kolaborasi multilateral, harapan akan perdamaian yang berkelanjutan di Timur Tengah tetap terjaga, meskipun di tengah kondisi yang sulit.
Harapan akan perdamaian yang berkelanjutan di Timur Tengah tetap menjadi fokus utama dalam upaya diplomasi internasional.
Ambisi Agresi Militer Israel di Rafah
Pertemuan virtual tingkat tinggi antara pejanat Amerika Serikat dan Israel tentang kemungkinan operasi di Rafah masih dilakukan.
Amerika mengungkapkan kekhawatiran serius terhadap potensi dampak terhadap warga sipil jika Israel melakukan invasi tersebut.
Gedung Putih mengonfirmasi pentingnya pertemuan ini, menegaskan bahwa AS berkomitmen untuk memastikan perlindungan terhadap populasi yang rentan dalam konflik tersebut.
- Sampah Stasiun Ruang Angkasa Menghantam Sebuah Rumah
- CNBLUE Gelar Konser di Jakarta 25 Mei
- Cair! Chairul Tanjung Cs Dapat Bonus Saham Garuda Indonesia Rp1,7 M
Yang menarik adalah intrik di balik pertemuan tersebut, meskipun ada laporan yang menyatakan bahwa pemerintahan Biden memberikan "lampu hijau" untuk operasi di Rafah jika Israel menolak menyerang Iran sebagai pembalasan atas serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, namun para pejabat AS dengan tegas membantah klaim tersebut.
Hal ini menunjukkan kompleksitas dinamika politik dan diplomasi di kawasan tersebut, dengan AS berusaha menjaga keseimbangan antara mendukung Israel sebagai sekutu strategis dan memastikan perlindungan terhadap kepentingan dan nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam konteks ini, pertemuan tingkat tinggi ini menjadi penting sebagai wadah untuk dialog dan penyelesaian potensial terhadap situasi yang semakin tegang di Timur Tengah.