Maja Agung (SURI) Bidik Pasar Ekspor Eropa Pasca IPO di Harga Rp170 per Saham
- PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) akan resmi IPO di BEI pada Kamis, 7 Desember 2023.
Bursa Saham
JAKARTA – PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) sebuah emiten kesehatan yang berfokus pada produksi sarung tangan latex ini telah menyelesaikan tahap akhir penawaran saham perdana Initial Public Offering (IPO) pada Selasa, 05 Desember 2023 kemarin.
Berdasarkan prospektus Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip pada Rabu, 06 Desember 2023, SURI akan resmi melantai di BEI pada 07 Desember 2023, dengan harga penawaran saham perdana sebesar Rp170 per saham.
Nominal itu adalah titik tertinggi dari skema book building di kisaran Rp160-170 per saham. Dengan melepas sebanyak-banyaknya 1.266.875.000 saham biasa atau sebesar 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh, SURI akan meraup dana segar sebesar Rp215,36 miliar.
- 7 Konsekuensi Negatif Terlalu Menekan Anak untuk Sukses , Orang Tua Wajib Tahu
- Punya Bukti Kuat, KPK Siap Lawan Praperadilan Eddy Hiariej
- Perdalam Relasi Antar Negara, Hanwha Life Jalin Kerja Sama dengan Korea Tourism Organization (KTO)
Dalam aksi korporasi ini, SURI menunjuk Shinhan Sekuritas Indonesia sebagai penjamin efek. SURI juga tercatat dalam papan pengembangan. Selain itu, SURI juga terdaftar sebagai efek syariah melalui Keputusan Nomor: KEP-84/PM.0.2/2023 tentang Penetapan Saham PT Maja Agung Latexindo Tbk. (SURI).
Rencana Dana IPO
Direktur Utama Maja Agung Latexindo Imelda mengungkapkan bahwa langkah korporatif ini menjadi momentum signifikan bagi perusahaan dalam kurun waktu 30 tahun terakhir. Ia menyebut target dana dari aksi korporasi itu digunakan sebagai penunjang kebutuhan perseroan.
“Penggunaan dananya untuk menunjang dana belanja modal atau capital expenditure (Capex) yang diproyeksikan dapat meningkatkan penjualan dan laba perseroan,” jelas Imelda dalam keterangan resmin, pada Selasa, 5 Desember 2023.
Imelda merincikan alokasi capex sebesar 3,11% akan digunakan manajemen untuk pembangunan fasilitas pengolahan limbah, dan sekitar 1,53 persennya akan digunakan untuk pengembangan software penunjang operasional.
Selanjutnya, kata dia, dana hasil IPO sekitar 50,55% untuk operational expenditure (opex), dengan rincian 9,61% untuk penambahan daya listrik di area pabrik, dan 40,49% untuk modal kerja.
“Dana dari hasil IPO sekitar 49,45% setelah dikurangi biaya – biaya emisi akan digunakan sebagai capital expenditure (capex). Secara rinci, 20,26% untuk pengembangan bangunan gudang, pabrik, dan kantor. Lalu, 24,55% rencananya akan digunakan untuk penambahan dan remodifikasi mesin produksi yang dimiliki,” tambahnya.
Imelda menambahkan dengan potensi pasar alat kesehatan yang besar di Indonesia dan adanya pandemi yang kembali merambah di seluruh dunia, SURI berkomitmen untuk memanfaatkan peluang tersebut secara optimal tak terkecuali merambah pasar Eropa.
Supaya menjadi salah satu pelaku utama ekspor ke pasar Eropa, kata Imelda, SURI bakal mengadopsi lini bisnis berbasis green economy. “Setelah IPO ini, perusahaan tengah membidik beberapa negara Eropa sebagai tujuan ekspor berikutnya. Sehingga, menunjukkan perusahaan merupakan produsen alkes) yang penjualan terbesarnya adalah ekspor”, tutupnya.
Profil dan Kinerja SURI
PT Maja Agung Latexindo Tbk (SURI) berdiri di Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), pada tanggal 25 Oktober 1988. Sesuai dengan akta perseroan, SURI adalah perusahaan yang berfokus pada industri barang dari karet, terutama untuk keperluan kesehatan baik secara medis maupun non-medis.
Asal tahu saja, fasilitas produksi pertama SURI terletak di Kab. Deli Serdang, Sumut ini digunakan sebagai pusat pengolahan lateks menjadi sarung tangan atau barang jadi. Sementara itu, fasilitas produksi lainnya berada di Kab. Labuhan Batu, Sumut, berfungsi sebagait tempat pengolahan getah karet menjadi lateks siap proses.
Selama hampir 35 tahun berkiprah, SURI telah menghasilkan beberapa merek produk dan memiliki jaringan pemasaran yang mencakup Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia.
Melansir publikasi Stockbit Sekuritas, pada periode 2021 hingga Mei 2023, SURI terus mengalami penurunan laba bersih yang diakibatkan menyusutnya perolehan penjualan emiten kesehatan tersebut.
Seperti yang tercatat dalam laporan keuangan perseroan per Mei 2023, SURI hanya mampu meraup penjualan di angka Rp9 miliar. Angka tersebut mengalami penurunan signifikan sebesar 86,8% secara tahunan dibandingkan dengan periode Mei 2022 yang mencapai Rp67,8 miliar.
Sementara pada tahun buku 2022 SURI berhasil mencatatkan penjualan di angka Rp93,3 miliar. Namun, perolehan tersebut menurun tajam 72,4% secara tahunan dibandingkan dengan prestasi pada tahun buku 2021 yang mencapai Rp338,1 miliar.
Alhasil, per Mei 2023, SURI mengalami kerugian sebesar Rp5,9 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, emiten kesehatan ini masih bisa mencetak laba bersih sebesar Rp8,8 miliar
Sementara itu, pada tahun buku 2022 SURI berhasil membukukan laba bersih di level Rp10,2 miliar. Namun, angka tersebut juga menurun sebesar 61,3% secara tahunan jika dibandingkan dengan perolehan laba bersih tahun buku 2021, yakni mencapai Rp26,4 miliar.