<p>Ilustrasi industri manufaktur di pabrik saat menghadapi era new normal. / Kemenperin.go.id</p>
Industri

Makin Ekspansif! PMI Manufaktur Desember di Level 51,3

  • JAKARTA – Pada pekan pertama 2021, kabar baik datang dari sektor manufaktur. Survei terbaru HIS Markit menunjukkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia per Desember 2020 naik ke posisi 51,3. Ini artinya, dua bulan terakhir 2020, manufaktur Indonesia terus mempertahankan posisi di level ekspansi di atas 50,0. Pada November 2020, PMI Manufaktur berhasil menembus level […]

Industri

Ananda Astri Dianka

JAKARTA – Pada pekan pertama 2021, kabar baik datang dari sektor manufaktur. Survei terbaru HIS Markit menunjukkan, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia per Desember 2020 naik ke posisi 51,3.

Ini artinya, dua bulan terakhir 2020, manufaktur Indonesia terus mempertahankan posisi di level ekspansi di atas 50,0. Pada November 2020, PMI Manufaktur berhasil menembus level 50,6.

“Perusahaan Indonesia secara umum memiliki akhir positif untuk tahun 2020, dengan data PMI terbaru menunjukkan kenaikan dua bulan berturut-turut pada output dan pesanan baru,” kata Andrew Harker, Direktur Ekonomi di IHS Markit dalam publikasi, Senin, 4 Januari 2021.

Bahkan, pertumbuhan permintaan pada Desember 2020 tercatat sebagai yang tercepat kedua dalam sejarah survei hampir sepuluh tahun. Panelis melaporkan tanda-tanda peningkatan permintaan karena gangguan pandemi COVID-19 menurun.

Namun demikian, pesanan ekspor baru masih turun tajam. Di sisi lain, industri manufaktur masih menghadapi penurunan tenaga kerja. Kendati begitu, peningkatan output tetap tercapai meskipun terjadi pengurangan ketenagakerjaan.

IHS Markit mencatat, tingkat staf menurun selama sepuluh bulan berturut-turut, meskipun pada laju paling rendah pada periode kali ini.

“Tingkat kapasitas masih rendah sehingga terjadi penurunan ketenagakerjaan. Sementara gangguan rantai pasokan yang meluas menghambat upaya untuk mengamankan bahan baku. Perusahaan berharap bahwa area ini akan menunjukkan tanda-tanda peningkatan pada awal 2021.”

Kurangnya bahan baku menyebabkan harga input meningkat tajam dan cepat. Selain itu, laju infl asi biaya input melaju hingga paling tajam sejak November 2018.

“Jalan masih panjang mengingat gangguan parah yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, tetapi produsen setidaknya yakin dengan prospek tahun 2021,” tambah Andrew.