Makin Melek Digital, Pengguna QRIS di Jawa Tengah Naik 300 Persen
- Bank Indonesia (BI) mengungkap sistem pembayaran digital makin akrab dengan warga Jawa Tengah.
Industri
JAKARTA—Bank Indonesia (BI) mengungkap sistem pembayaran digital makin akrab dengan warga Jawa Tengah. Salah satu indikatornya yakni meningkatnya pengguna QRIS pada tahun 2022 yang mencapai ratusan persen. Transaksi digital melalui bill pay dan uang elektronik di Jawa Tengah juga terus meningkat.
Direktur Eksekutif Kepala Perwakilan BI Jawa Tengah, Rahmat Dwi Saputra, mengatakan akseleserasi digitalisasi sistem pembayaran penting untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi.
Pihaknya mencatat ada perkembangan pesat pada transaksi ekonomi dan keuangan digital pada tahun 2022.
“Hal ini ditopang kenaikan akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja daring, mudahnya sistem pembayaran digital hingga cepatnya digital banking,” ujar Rahmat dalam keterangannya pada TrenAsia, Kamis 9 Februari 2023.
- Apa Itu Efek Mandela?
- 6 Karakter Utama di Film The First Slam Dunk, Kamu Tim Sakuragi atau Rukawa?
- GoTo Rombak Kepengurusan, Ada Agus Martowardojo hingga Patrick Walujo di Jajaran Calon Komisaris
BI mencatat pengguna QRIS di Jawa Tengah terakselerasi hingga 301,79% (year on year/yoy) pada 2022. Sistem pembayaran digital bikinan BI itu kini digunakan 3.040.856 warga di Jawa Tengah. Sementara itu, transaksi e-commerce melalui bill pay meningkat sebesar 10,66% (yoy).
Adapun uang Elektronik di Jawa Tengah juga naik sebesar 48,98% (yoy). Realisasi peredaran uang pada 2022 sebesar Rp30,6 triliun atau tumbuh sebesar 14,18% (yoy). “Bank Indonesia bakal terus menjaga stabilitas dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran,” ujar Rahmat.
Makin familiarnya warga Jawa Tengah dengan sistem pembayaran digital berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut. Pada 2022, perkembangan ekonomi di provinsi tersebut mencapai 5,31% (year on year/yoy). Angka tersebut meningkat dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 3,33% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi Jateng pada 2023 diperkirakan menembus 4,5%-5,3% apabila stabilitas sejumlah sektor terus terjaga.