Makin Murah! BCA Resmi Dapat Restu Stock Split Saham, Kira-Kira Jadi Rp6.550 Selembar
- Aksi korporasi stock split ini dilakukan dengan rasio 1:5 atau 1 saham yang ada dipecah menjadi lima saham baru. Jika harga BBCA per 23 September Rp32.750 selembar, maka asumsi eksekusi stock split menjadi Rp6.550 per lembar.
Pasar Modal
JAKARTA - Pemegang saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyetujui rencana perseroan melakukan aksi stock split saham. Keputusan ini tercapai dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BCA pada Kamis, 23 September 2021.
Aksi korporasi stock split ini dilakukan dengan rasio 1:5 atau 1 saham yang ada dipecah menjadi lima saham baru. Jika harga BBCA per 23 September Rp32.750 selembar, maka asumsi eksekusi stock split menjadi Rp6.550 per lembar.
Nilai nominal per saham BBCA saat ini mencapai Rp62,5 per lembar. Maka, nilai nominal per lembar akan dipecah menjadi Rp12,5 usai stock split dirampungkan. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan aksi korporasi ini diharapkan meningkatkan komposisi kepemilikan investor ritel di perseroan.
‘’Kami melihat bahwa investor ritel termasuk investor muda di pasar modal Indonesia memiliki ketertarikan yang kuat untuk berinvestasi saham BBCA. Dengan adanya aksi korporasi ini diharapkan harga saham BCA dapat lebih terjangkau oleh investor retail,” jelas Jahja dalam keterangan tertulis, Kamis, 23 September 2021
- Kedatangan 2 Mal Baru, Ruang Ritel di Jakarta Terus Bertambah
- RUPSLB BUMN Waskita Karya Setujui Rights Issue Rp20,38 Triliun
- Berkaca dari Kasus Evergrande, Ini Pelajaran Penting bagi Perusahaan Properti Indonesia
Setelah mendapat persetujuan pemegang saham melalui RUPS-LB, perseroan akan berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk memproses stock split yang diperkirakan akan selesai pada bulan Oktober 2021.
Selain meningkatkan keterjangkauan investor ritel, Jahja menilai aksi ini juga ditujukan untuk mendukung ekosistem pasar modal di Indonesia yang tengah berkembang pesat. “Aksi korporasi pemecahan saham tersebut dilandasi juga oleh komitmen BCA dalam mendukung perkembangan pasar modal Indonesia,’’ papar Jahja.
Dari segi kinerja, BCA mencatatkan pertumbuhan laba bersih 18,1% year on year (yoy) pada semester I-2021.Pencapaian tersebut didukung oleh pemulihan nilai bisnis dan frekuensi transaksi nasabah pada enam bulan pertama tahun ini, sejalan dengan membaiknya aktivitas perekonomian.
BCA membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih sebesar 3,8% yoy menjadi Rp28,3 triliun pada semester I-2021. Di sisi lain, pendapatan selain bunga menurun tipis 1,2% yoy menjadi Rp10,2 triliun.
Pendapatan fee dan komisi naik 7,5% yoy, mencapai level yang sudah lebih tinggi dibandingkan level pra-pandemi. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp38,5 triliun atau naik 2,4% dari tahun lalu.
Permodalan BCA, kata Vera juga tetap berada di posisi yang kokoh dengan rasio kecukupan modal (CAR) tercatat sebesar 25,3%, lebih tinggi dari ketentuan regulator. Serta kondisi likuiditas yang memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 62,4%.
Adapun, rasio kredit bermasalah (NPL) terjaga sebesar 2,4% didukung oleh kebijakan relaksasi restrukturisasi. Rasio return on asset (ROA) tercatat sebesar 3,1%, dan rasio return on equity (ROE) sebesar 16,6%.
Pada perdagangan sesi I Kamis, 23 September 2021, saham BBCA ditutup terkoreksi tipis 0,08% sebesar 25 poin ke level Rp32.750 per lembar. Kapitalisasi pasar saham BBCA masih yang tertinggi Rp808,06 triliun dengan pergerakan harga dalam setahun terakhir Rp26.950-Rp36.900 dan imbal hasil 21,02%.