Makin Parah, Kerusuhan Menyapu Prancis
- Gelombang protes dan kerusuhan menyapu Prancis dalam beberapa hari terakhir. Aksi dipicu penembakan polisi terhadap seorang remaja laki-laki yang terekam dalam video.
Nasional & Dunia
PARIS-Gelombang protes dan kerusuhan menyapu Prancis dalam beberapa hari terakhir. Aksi dipicu penembakan polisi terhadap seorang remaja laki-laki yang terekam dalam video.
Kota-kota besar di Prancis mengalami malam ketiga kerusuhan ketika Presiden Emmanuel Macron berjuang untuk menahan kemarahan publik. Polisi nasional pada Kamis 29 Juni 2023 malam mengatakan pasukannya menghadapi insiden baru di kota-kota Marseille, Lyon, Pau, Toulouse dan Lille. Sejumlah bangunan terbakar dan pengunjuk rasa yang melemparkan kembang api. Ssekitar 40.000 petugas polisi dikerahkan di seluruh negeri untuk menahan kerusuhan.
Kerusuhan meletus setelah Nahel M yang berusia 17 tahun ditembak mati oleh polisi pada Selasa 27 Juni 2023. Peristiwa itu terjadi ketika polisi menghentikan mobil yang membawa Nahel di Nanterre, pinggiran barat Paris. Di tempat ini pengunjuk rasa membakar mobil, membarikade jalan, dan melempari ke polisi setelah aksi damai.
- Harga Tiket Konser Taeyeon di Indonesia, Dijual Mulai Sore Ini
- Begini Cara Membersihkan dan Mengolah Kepala Sapi Kurban Agar Lezat
- Daftar Harga Tiket Konser Taylor Swift di Singapura, Termurah Rp1,2 Juta
Para pengunjuk rasa menuliskan "Vengeance for Nahel" yang berarti ‘balas dendam untuk Nahel’ di gedung-gedung dan halte bus. Dan saat malam tiba sebuah bank dibakar. Petugas pemadam kebakaran segra memadamkannya hingga mencegah api tidak menyebar ke gedung apartemen di atasnya. Tidak ada yang dilaporkan terluka.
Di pusat kota Paris, penjarahan terjadi di sejumlah toko baju dan sepatu. Selain itu jendela-jendela di sepanjang jalan perbelanjaan Rue de Rivoli dihancurkan.
Otoritas lokal di Clamart, 8 km dari pusat kota Paris, memberlakukan jam malam hingga Senin. Sementara Valerie Pecresse yang mengepalai wilayah Paris Raya mengatakan, semua layanan bus dan trem akan dihentikan setelah pukul 21:00 setelah beberapa dibakar pada Rabu malam.
Api juga merusak balai kota di pinggiran Paris L'Ile-Saint-Denis. Tidak jauh dari stadion nasional negara itu dan markas besar Olimpiade Paris 2024.
Di Marseille, kota kedua Prancis, polisi menembakkan granat gas air mata selama bentrokan. Unit polisi khusus juga dikerahkan di Lille, Lyon, Bordeaux, dan di Grenoble. Sbuah bus dilempari petasan dan karyawan perusahaan transportasi lokal berhenti bekerja.
Ada juga bentrokan yang dilaporkan antara pemuda dan polisi di ibu kota Belgia, Brussel. Di mana sekitar 10 orang ditangkap pada Kamis malam. Dan beberapa operasi angkutan umum kota dihentikan.
Kekhawatiran Seperti 2005
Kerusuhan massal di Prancis telah menghidupkan kembali ingatan tentang kerusuhan pada tahun 2005 yang mengguncang negara itu selama tiga minggu. Ini memaksa Presiden saat itu Jacques Chirac untuk mengumumkan keadaan darurat. Lebih dari 6.000 orang ditangkap saat itu.
Pada hari Kamis, pihak berwenang mengatakan bahwa sekitar 150 orang telah ditangkap di seluruh Prancis. Sementara 170 petugas polisi terluka tetapi tidak ada yang mengancam jiwa. Jumlah warga sipil yang terluka belum dirilis.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan tanggapan negara harus sangat tegas. Dia megnatakan para harus pulang. Darmanin menambahkan belum perlu menyatakan keadaan darurat.
- Ciri-ciri Orang yang Butuh Istirahat dari Media Sosial
- OJK Sudah Pelototi Kasus Kredit Macet Ted Sioeng di Bank Mayapada Sejak 2017
- Penelitian: Percaya Diri Bisa Jadi Tanda IQ Anda Tinggi
Sedangkan Presiden Emanuel Macron dan pejabat pemerintah lainnya telah melakukan pertemuan darurat. Dia meminta semua pihak untuk sabar dan membiarkan sistem peradilan pidana berjalan sebagaimana mestinya. Macron juga mengatakan penembakan itu tidak dapat dimaafkan. Tetapi dia juga mengutuk kerusuhan tersebut.
Pembunuhan Nahel pada hari Selasa adalah penembakan fatal ketiga selama perhentian lalu lintas di Prancis sepanjang tahun ini. Dan menurut kantor berita Reuters, mayoritas korban dalam penembakan fatal di perhentian lalu lintas oleh polisi sejak 2017 adalah orang kulit hitam, atau berasal dari Timur Tengah.
Nahel ditembak pada jam sibuk pagi hari Selasa. Dia awalnya tidak mau berhenti setelah Mercedes-AMG yang dikendarainya terlihat di jalur bus. Dua petugas polisi mengejar mobil itu dalam kemacetan lalu lintas. Saat mobil hendak kabur, seorang petugas menembak dari jarak dekat melalui jendela pengemudi. Nahel meninggal karena satu tembakan di lengan kirinya
Video pembunuhan Nahel telah memicu tingkat keterkejutan dan kemarahan di seluruh Prancis. Peristiwa ini menyentuh saraf di kalangan pemuda dan pemudi kulit berwarna yang merasa mereka telah didiskriminasi oleh polisi. Sebuah studi tahun 2017 oleh Pembela Hak, sebuah pengawas hak asasi manusia independen di Prancis menemukan, pria muda yang dianggap berkulit hitam atau Arab memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar untuk dihentikan oleh polisi daripada rekan-rekan mereka.
Mengatasi tuduhan rasisme institusional di Prancis sangat menantang mengingat merek unik sekularisme yang berupaya memastikan kesetaraan untuk semua, dan menghilangkan penanda perbedaan. Namun dalam praktiknya, kepatuhan yang kuat terhadap Republikanisme Prancis sering mencegah pemerintah untuk tidak membedakan warga negara Prancis berdasarkan ras.
Kerusuhan yang berbau ras telah menjadi persoalan lama dan telah berulang kali terjadi. Setidaknya sejak 1997 hingga 2023 terjadi 14 kerusuhan berbau etnis. Sebelum ini kerusuhan terakhir terjadi pada 2017. Kerusuhan berlangsung hampir dua minggu setelah Theo Luhaka ditangkap dan mengklaim bahwa dia dilecehkan secara rasial oleh polisi di Seine-Saint-Denis, utara Paris.