Makin Tua Kian Gila, Bomber B-52 akan Terbang Hingga Satu Abad
- Besar, tua, lambat. Berbagai atribut tersebut sebenarnya secara teori akan menempatkan bomber B-52 sangat tidak cocok untuk model pertempuran modern di mana kecepatan dan siluman menjadi hal yang penting.
Tekno
WASHINGTON-Besar, tua, lambat. Berbagai atribut tersebut sebenarnya secara teori akan menempatkan bomber B-52 sangat tidak cocok untuk model pertempuran modern di mana kecepatan dan siluman menjadi hal yang penting. Tetapi faktanya pesawat tersebut tetap akan terbang dalam waktu yang lebih lama. Bahkan hingga sedikitnya 30 tahun lagi.
Boeing telah merilis video serta pengumuman bahwa Commercial Engine Replacement Program (CERP) telah menyelesaikan pengujian terowongan angin menggunakan model B-52 Stratofortress.
CERP adalah bagian dari program peningkatan Pentagon senilai US$11,8 miliar untuk armada pengebom strategis B-52 agar mereka tetap terbang hingga tahun 2050-an. Dan mungkin lebih lebih lama lagi, Itu artinya pesawat tua tersebut akan tetap digunakan untuk melawan China dan Rusia jika konflik pecah.
Pembom berat nuklir B-52 Stratofortress yang legendaris telah menjadi benteng armada pembom Angkatan Udara Amerika sejak pertama kali diperkenalkan pada 1950-an. Sebanyak 76 B-52H masih beroperasi. Sementara 42 lainnya disimpan sebagai cadangan.
- ESG Award: Singkirkan Pesaing, Intiland Development Sabet Penghargaan Sustainability di TrenAsia ESG Excellence 2022
- Wow, Smartfren Telecom (FREN) Siap Bangun Data Center Berkapasitas Jumbo Pertama di Indonesia
- ESG Award: Agung Podomoro Land Raih Predikat Sustainability di TrenAsia ESG Excellence 2022
Dalam usianya sekarang yang hampir 70 tahun, B-52 yang dibangun Boeing tidak bisa menolak takdir bahwa dirinya semakin tua dan lemah. Tetapi USAF tetap bertekad terus menerbangkannya selama beberapa dekade lagi. Dan untuk mewujudkan keinginan tersebut Stratoforger akan menjalani upgrade besar.
Salah satunya adalah penggantian mesin pesawat. Mesin turbofan TF33 Pratt dan Whitney yang digunakan B-52 saat ini membutuhkan perbaikan setelah setiap 6.000 jam terbang. Diperkirakan Angkatan Udara Amerika harus menghabiskan US$2 juta per mesin. Padahal satu bomber menggunakan delapan mesin. Daripada memperbaiki mesin lama, maka diputuskan untuk menggantinya dengan yang baru.
Pada September 2021, Rolls-Royce dipilih untuk memasok mesin baru tersebut. Mesin Rolls Royce F130 mengalahkan CF34-10 yang ditawarkan GE Aviation dan PW800 buatan Pratt & Whitney.
Untuk menghemat biaya, USAF mewajibkan perusahaan yang bersaing untuk kesepakatan re-engineering itu untuk memanfaatkan empat pod mesin bawah sayap pesawat yang ada sekarang ini. Karena jika tiang baru diperlukan untuk memasang mesin baru, itu akan melibatkan rekayasa ulang sayap B-52 yang mahal.
Tom Bell, Presiden, dan CEO Rolls Royce mengungkapkan tahun lalu bahwa proposal Rolls Royce menyerukan untuk tetap memodifikasi sayap meski sesedikit. Ini untuk mengurangi risiko.
Video yang dirilis oleh Boeing menampilkan model skala 4% dari B-52 yang dipasang di dalam terowongan angin transonik perusahaan. Model ini telah menjalani uji tersebut pada kecepatan maksimum 0,92 Mach.
Pod empat mesin masing-masing terdiri dari dua nacelle yang akan menampung total delapan mesin F130. Mesin ini diyakini akan secara signifikan lebih hemat bahan bakar dan ramah perawatan.
Kontrak antara USAF dan Rolls-Royce menguraikan kesepakatan awal enam tahun senilai US$500 juta. Angka ini bisa dapat meningkat menjadi US$2,6 miliar jika semua opsi dilaksanakan. Perusahaan akan memproduksi 608 mesin F130 untuk menggantikan delapan mesin TF33 di 76 B-52H dan 42 unit cadangan.
Radar baru
Tidak hanya mendapatkan mesin baru. Upgrade besar ini juga akan menempatkan radar AESA AN/APG-79 ke bomber tua tersebut. Radar yang dibangun Raytheon ini telah digunakan di jet tempur F/A-18E/F Super Hornet Angkatan Laut Amerika.
Radar diharapkan memberikan B-52 kemampuan lebih baik dalam deteksi udara-ke-darat yang sangat baik, jangkauan, pelacakan, dan pengiriman senjata yang tepat , serta kemampuan pengendalian tembakan.
Meski penggantian mesin dan radar merupakan upgrade penting untuk B-52, Angkatan Udara Amerika juga masih akan menambah sistem dan subsistem yang akan meningkatkan kemampuan pembom strategis ini. Sistem tersebut termasuk sistem komunikasi dan sistem pengendalian tembakan baru
Terlepas dari usianya, B-52 tetap menjadi platform senjata nuklir dan konvensional strategis terkemuka Angkatan Udara Amerika. Pesawat ini dapat membawa lebih banyak senjata daripada pesawat lainnya dan mampu menerbangkan misi jarak jauh dari pangkalan di Pasifik.
Oleh karena itu, pembom ini dikerahkan secara luas oleh Amerika untuk berbagai misi meskipun memiliki B-1 Lancer dan B-2 Spirit yang lebih muda dan canggih. Bahkan Lancer dan Spirit akan lebih dulu dipensiun daripada Stratofortess.
Pembom dapat terbang dengan kecepatan subsonik tinggi pada ketinggian hingga 15.000 meter dan membawa 32.000 kilogram senjata nuklir atau konvensional dengan kemampuan navigasi presisi kelas atas.
- Investor Asing Diam-diam Tadah Saham GOTO di Harga Bawah
- Masih Tersegel, iPhone Generasi Pertama Dijual Rp466 Juta
- Utang Menumpuk Rp123 Kuadriliun, China Gonjang Ganjing
Meski tidak memiliki fitur siluman seperti B-21 Raider yang sedang dikembangkan, B-52 dapat menembakkan senjata hipersonik baru yang rencananya akan diluncurkan pada tahun 2027. Kemampuan yang sangat diperlukan mengingat B-21 yang dikembangkan tidak akan memasuki layanan sebelum 2030.
Menambahkan mesin F130 baru ke B-52H disebut sebagai adalah salah satu peningkatan paling signifikan yang telah diterima pesawat ini. Langkah tersebut dan akan memungkinkan USAF untuk terus menerbangkan pembom hingga tahun 2050. Itu berarti sekitar kira 100 tahun setelah B-52 pertama diterbangkan. Sebuah rekor yang akan sulit untuk ditandingi. Batch pertama B-52 yang dimodifikasi ini diharapkan akan dikirimkan pada akhir tahun 2028.
B-52 mulai hidup pada tahun 1948 sebagai penerus B-50. Pprototipe XB-52 melakukan penerbangan perdananya pada tanggal 15 April 1952. B-52 kemduain berevolusi melalui model B-52A ke B-52G yang semakin ditingkatkan. Varian B-52G terakhir dipensiun pada akhir 1994.
Kemudian ada varian B-52H dengan dua perubahan besar. Yang pertama adalah pengenalan mesin turbofan TF33 untuk menggantikan J57. Mesin baru memberikan daya dorong dan lebih hemat bahan bakar. Perubahan penting kedua adalah perubahan struktural yang memungkinkan B-52 terbang di ketinggian rendah tanpa masalah kelelahan yang berlebihan.
B-52H terakhir diluncurkan pada Juni 1962. Karena B-1B dan B-2A memasuki layanan hanya dalam jumlah terbatas, B-52H terus ditingkatkan untuk memungkinkannya tetap menjadi andalan garis depan yang kredibel.
Pesawat ini memiliki panjang 49.05 m, bentang sayap 56.39 meter, tinggi 12,4 meter dan berat maksimum take off 229 ton. Pesawat membawa 5 kru dan mampu terbang pada kecepatan maksimum 958 km/ jam. Sedangkan jangkauan terbangnya mencapai 16.000 km.