Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (Reuters/Yasuyoshi Chiba)
Dunia

Malaysia Jajaki Pemotongan Subsidi untuk Si Kaya Tahun Depan

  • Saat ini, Malaysia memiliki subsidi menyeluruh untuk bahan bakar, minyak goreng, dan beras. Sejak berkuasa pada bulan November, Anwar telah berjanji untuk beralih ke sistem subsidi yang utamanya membantu kelompok berpenghasilan rendah.
Dunia
Distika Safara Setianda

Distika Safara Setianda

Author

JAKARTA - Malaysia diperkirakan akan memangkas subsidi bagi golongan kaya dan memberikan bantuan tunai kepada yang membutuhkan sebagai bagian dari rencana anggaran tahun 2024. 

Upaya itu untuk memprioritaskan dukungan bagi rumah tangga berpenghasilan rendah di tengah perlambatan ekonomi global dan tekanan fiskal. Keuangan Malaysia yang sangat tergantung pada ekspor ini diperkirakan akan melambat menjadi 4%-5% tahun ini, dari 8,7% tahun lalu.

Perdana Menteri Anwar Ibrahim diperkirakan akan mengumumkan rencana pengeluaran yang lebih kecil untuk tahun 2024 ketika dia menyampaikan anggaran di parlemen pada hari Jumat, 6 Oktober 2023.

Dia juga diharapkan mengumumkan pemotongan subsidi listrik dan bahan bakar, serta mengumumkan langkah-langkah lain untuk mengurangi beban biaya hidup yang meningkat.

“Dengan upaya menarik investasi, restrukturisasi sosial ekonomi, dan kebutuhan akan ketahanan fiskal, kami percaya ada kemungkinan besar anggaran akan berfokus pada pengencangan fiskal dengan penekanan pada dana yang diprioritaskan ulang untuk rumah tangga dan sektor yang paling membutuhkan,” kata analis CGS-CIMB.

CGS-CIMB memperkirakan defisit fiskal Malaysia akan menyempit menjadi 4,3% dari produk domestik bruto (PDB), turun dari perkiraan 5% tahun ini, sebagian karena pemotongan subsidi.

Menteri Ekonomi Rafizi Ramli mengatakan pemerintah akan mengumumkan dalam anggaran tahun 2024 peralihan ke subsidi yang ditargetkan yang akan menghemat setidaknya US$1 miliar hingga US$2 miliar setiap tahun. “Bantuan tunai juga mungkin diberikan,” ujarnya, dikutip Reuters, Selasa 10 Oktober 2023. 

Saat ini, Malaysia memiliki subsidi menyeluruh untuk bahan bakar, minyak goreng, dan beras. Sejak berkuasa pada bulan November, Anwar telah berjanji untuk beralih ke sistem subsidi yang utamanya membantu kelompok berpenghasilan rendah.

Belanja pemerintah untuk subsidi telah membengkak dalam beberapa tahun terakhir akibat kenaikan harga komoditas. Malaysia memperkirakan akan menghabiskan 81 miliar ringgit (US$17,14 miliar) untuk subsidi tahun ini.

Para ekonom memperkirakan Anwar akan mengumumkan langkah-langkah untuk menerapkan pajak capital gains dan pajak mewah yang pertama kali diusulkan dalam anggaran sebelumnya untuk memperluas basis pendapatan. Beberapa juga mengatakan bahwa Malaysia bisa saja mengenalkan kembali Pajak Barang dan Jasa (GST) mulai akhir 2024 atau awal 2025.

Pajak Barang dan Jasa (GST) pertama kali diperkenalkan pada tahun 2015 dengan tarif 6%, tetapi kemudian digantikan oleh pajak penjualan dan layanan (SST) pada tahun 2018. Tarif saat ini untuk pajak penjualan berkisar antara 5% hingga 10%, sementara pajak layanan sebesar 6%.

Para analis dari Kenanga memperkirakan pemerintah mungkin akan beralih kembali ke GST dengan tarif yang lebih rendah, yaitu sebesar 4%.

“Karena pemerintah berencana untuk mengurangi subsidi bagi individu berpenghasilan tinggi terlebih dahulu sebelum mengenalkan kembali GST, kami memperkirakan bahwa transisi ini mungkin hanya akan terjadi pada paruh kedua tahun 2024,” kata Kenanga.