Malaysia Minta ASEAN Kompak Demi Stabilitas Laut China Selatan
- Kawasan Laut China Selatan telah menjadi ajang konflik kepentingan dan pamer kekuatan negara-negara di Kawasan Asia Pasifik.
Dunia
JAKARTA--Menteri Luar Negeri Malaysia, Zambry Abd Kadir, mendorong Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) bersatu demi menjaga perdamaian dan stabilitas di Laut China Selatan.
Menurut Zambry, ASEAN harus menunjukkan komitmen yang kuat dalam menyelesaikan sengketa maritim di perairan itu. Sebelumnya, kawasan Laut China Selatan telah menjadi ajang konflik kepentingan dan pamer kekuatan negara-negara di Kawasan Asia Pasifik.
China, dan ASEAN atau Amerika Serikat, terus saling menekan dan mendesak, meminjam perspektif Realisme dari Morgenthau, untuk saling bersaing secara kekuatan dan kekuasaan.
- 5 Fakta Atlas Beach Fest, Beach Club Terbesar di Dunia
- Anggaran Belanja PNS Bengkak jadi Rp134 Triliun, Ini Biang Keroknya
- Menilik Komitmen ESG Adhi Karya Sembari Bangun Infrastruktur Dalam Negeri
Mereka seakan menegaskan secara terbuka bahwa, negara yang kuat akan selalu mengalahkan dan bertahan lebih lama dibandingkan negara yang lemah. “Kita harus menegaskan kembali tanggung jawab kita. Kita harus mengumpulkan semuanya untuk menunjukkan komitmen kita bahwa kita bersatu,” ujar Zambry selepas Pertemuan Para Menteri Luar Negeri ASEAN di Jakata, Selasa, 11 Juni 2023, dikutip dari Antara.
ASEAN akan terus fokus menjaga perairan kawasan sebagai tempat yang damai dan bebas dari nuklir. ASEAN sendiri cemas pada peningkatan ketegangan di kawasan. Zambry mengatakan isu Laut China Selatan bahkan sempat dibahas dalam Pertemuan Tingkat Menteri Koordinasi Gerakan Non-Blok/GNB (NAM) di Baku, Azerbaijan, pada 5 Juni 2023.
Malaysia ingin mendekatkan GNB guna menjaga stabilitas di Laut China Selatan. Namun, GNB menolak usul ASEAN memasukkan penyerangan Laut China Selatan ke dokumen finalnya. Usulan itu ditolak beberapa negara yang tidak memiliki kaitan dengan Laut China Selatan.
Belum Dipandang
Zambry menilai usaha yang dilakukan ASEAN tampaknya masih belum dipandang oleh GNB. "Maka dari itu, saya sampaikan bahwa ASEAN kehilangan relevansinya di GNB. Bahkan, GNB juga kehilangan relevansinya di ASEAN,” tukas Zambry.
Laut China Selatan yang diyakini menyimpan energi yang sangat kaya itu terus disengketakan beberapa negara yang berebut klaim teritorial di perairan tersebut. China mengklaim hampir sebagian besar wilayah itu dengan kalim sembilan garis putus-putus pada peta yang membentangi lebih dari 1.500 km dari daratannya.
Namun, Pengadilan Arbitrase Internasional pada 2016 menolak klaim territorial China itu karena tidak memiliki dasar hukum. Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam, juga mengklaim berdaulat perairan tersebut.