Malaysia Mulai Khawatir dengan Jet Tempur Buatan Rusia
- Sanksi Barat terhadap Rusia merupakan salah satu alasan utama mengapa pemerintah ingin membeli negara lain.
Dunia
SINGAPURA-Dengan berkurangnya daya tarik senjata Rusia di bawah bayang-bayang perang Ukraina, Malaysia mempertimbangkan untuk beralih ke pemasok Asia lainnya. Sambil juga berupaya membangun industri lokal.
Kemampuan pertahanan Malaysia secara historis sangat bergantung pada pemasok asing. Rusia telah menjadi salah satu dealer utama Kuala Lumpur di sektor kedirgantaraan.
Hal ini tampaknya akan berubah, karena pesawat buatan Rusia yang dioperasikan negara tersebut kini menghadapi sejumlah kekurangan. Pada tahun 2017, Malaysia menghentikan layanan pesawat tempur MiG-29. Selain itu juga harus berjuang untuk mempertahankan operasional pesawat Su-30MKM.
- Cara Cek Bansos PKH 2024 Tahap 1
- Jokowi Minta Kebijakan Fiskal 2025 Akomodasi Program Presiden Terpilih
- Kembangan Penggunaan Energi Bersih, PGN dan MRT Jalin Kerja Sama
Pada Singapore Airshow Su-30 Angkatan Udara Malaysia yang dipasok Moskow adalah satu-satunya yang memperlihatkan peralatan militer buatan Rusia.
“Pada suatu saat di masa depan, mungkin hampir tidak ada lagi pesawat yang masih terbang, “ menurut pilot pesawat yang meminta tidak disebutkan namanya karena alasan keamanan kepada Defense News di sela-sela Singapore Air Show Senin 26 Februari 2024.
Sanksi Barat terhadap Rusia merupakan salah satu alasan utama mengapa pemerintah ingin membeli negara lain.
Larangan yang diberlakukan terhadap Moskow setelah pasukannya menginvasi Ukraina menghalangi Malaysia untuk membeli Su-30 langsung dari Kremlin. Sementara menurut temuan analisis Institut Internasional untuk Studi Strategis stok suku cadang yang ada akan habis
Salah satu negara yang mencoba terjun ke bisnis ini adalah Korea Selatan. Negara ini tahun lalu menandatangani kontrak untuk menyediakan 18 jet tempur FA-50 buatan Korea ke Malaysia.
Pada 27 Januari, Korea Selatan dan Malaysia juga mengadakan pembicaraan pertahanan di Seoul untuk membahas peningkatan kemitraan keamanan bilateral dan latihan bersama.
Malaysia juga telah meluncurkan upaya baru untuk membangun basis industri pertahanannya sendiri. Salah satunya dengan diluncurkannya Cetak Biru Industri Dirgantara Malaysia 2030, dan peningkatan anggaran pertahanannya. Negara ini berupaya memposisikan dirinya sebagai pasar dirgantara terkuat di Asia Tenggara.
Sebuah laporan yang diterbitkan tahun ini oleh Badan Perdagangan Internasional AS menyoroti bahwa pemerintah Malaysia berharap untuk memperkuat kemampuan manufaktur produk pertahanan dalam negeri. Cara yang ditempuh melalui kolaborasi dan transfer teknologi.
Laporan itu menyebut Malaysia adalah rumah bagi lebih dari 200 perusahaan dirgantara.Termasuk pelaku industri internasional dan lokal.