rokok
Nasional

Mana yang Lebih Berbahaya, Nikotin atau TAR? Ini Faktanya

  • Nikotin dan TAR adalah dua bahan kimia dalam rokok yang masih sering disalahpahami tentang dampaknya bagi perokok. Selama ini, nikotin dilabeli sebagai zat yang paling berbahaya bagi kesehatan ketimbang TAR. Lantas, manakah yang sebenarnya lebih berbahaya?
Nasional
Justina Nur Landhiani

Justina Nur Landhiani

Author

JAKARTA – Nikotin dan TAR adalah dua bahan kimia dalam rokok yang masih sering disalahpahami tentang dampaknya bagi perokok. Selama ini, nikotin dilabeli sebagai zat yang paling berbahaya bagi kesehatan ketimbang TAR. Lantas, manakah yang sebenarnya lebih berbahaya?

Rupanya, nikotin bukan karsinogen dan juga tidak menjadi penyebab utama atas bahaya rokok. Hal ini disampaikan baik oleh peneliti dari universitas ternama nasional, maupun lembaga riset di Inggris Raya, negara yang menempati peringkat ketiga di dunia untuk penelitian ilmiah yang diterbitkan. 

Peneliti dari Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB), Mohammad Khotib, menjelaskan nikotin adalah senyawa kimia yang secara alami terdapat pada tembakau. Senyawa tersebut masuk ke dalam golongan alkaloid. Nikotin sebenarnya juga dapat ditemukan pada beberapa tanaman lainnya seperti kentang, terong, dan tomat, namun konsentrasinya masih kecil.

“Secara kimia, nikotin adalah senyawa tunggal. Nikotin kecenderungannya lebih ke arah adiktif sehingga menciptakan ketergantungan,” kata Khotib.

Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan dari Cancer Research UK, organisasi penelitian kanker independen dari Inggris. Disadur dari laman resminya, Cancer Research UK menyebutkan bahwa nikotin bukan pemicu utama atas dampak berbahaya dari merokok. Nikotin juga bukan penyebab utama kanker.

Lalu, bagaimana dengan TAR? TAR bukan senyawa alami seperti nikotin, karena muncul dari pembakaran.

Khotib menjelaskan, berbeda dengan nikotin, TAR merupakan kumpulan dari berbagai senyawa yang timbul dari proses pembakaran pada rokok. Berdasarkan karakteristik yang bersumber dari sejumlah riset, TAR diidentifikasi mengandung senyawa-senyawa karsinogenik.

“Efek negatif TAR itu yang dominannya adalah karsinogenik. Hal ini yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kalau nikotin kecenderungannya karena efek adiktifnya,” jelasnya.

Menurut data National Cancer Institute Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker paru-paru, emfisema, atau masalah paru-paru lainnya. Dari sekitar 7.000 bahan kimia yang ada di dalam asap rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR. 

Tak hanya itu, TAR juga bisa menumpuk pada gigi dan menyebabkan warnanya berubah kekuningan atau kecokelatan karena menempel pada lapisan terluar gigi (email). Seiring waktu, gigi akan mengalami kerusakan jika tidak dirawat dengan baik.

Sementara itu, ahli Toksikologi dan Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), Shoim Hidayat, menambahkan nikotin selama ini dianggap sebagai sumber masalah kesehatan pada rokok ketimbang TAR. Padahal, faktanya TAR yang merupakan penyebab timbulnya berbagai penyakit akibat konsumsi rokok. “Jadi, nikotin sama sekali bukan karsinogen. Bahan-bahan karsinogen adanya di dalam TAR,” tegas Shoim. 

Sebagai langkah antisipatif, Shoim menyarankan perokok dewasa untuk berhenti merokok agar mengurangi paparan TAR. Jika sulit, perokok dewasa dapat beralih ke produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin. Produk tersebut menerapkan sistem pemanasan sehingga menghasilkan uap air (aerosol). Oleh karena itu, profil risikonya jauh lebih rendah daripada rokok. 

“Potensi untuk terjadinya penyakit akibat bahan kimia sangat ditentukan oleh kadarnya. Kalau sangat besar maka berpotensi menimbulkan penyakit. Jadi, kalau yang masuk itu kecil, ya potensinya kecil,” kata Shoim.