Manajemen PGEO Enggan Lapor Otoritas Soal Klaim Oversubscribed Green Bonds
- Setelah didesak berbagai pihak, manajemen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akhirnya buka suara tentang isu kelebihan permintaan (versubscribed) green bonds senilai US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun.
Korporasi
JAKARTA – Setelah didesak berbagai pihak, manajemen PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) akhirnya buka suara tentang isu kelebihan permintaan (oversubscribed) green bonds senilai US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun.
Namun disayangkan manajemen perseroan merasa tidak perlu melaporkan hasil rilis surat utang luar negeri tersebut kepada Self-Regulation Organization (SRO), baik Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI), maupun Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
“Proses itu bukan merupakan informasi materiil yang wajib kita laporkan kepada regulator dalam bentuk keterbukaan informasi,” kata Direktur Keuangan Pertamina Geothermal Energy Nelwin Adriansyah ketika ditanya wartawan beberapa waktu lalu.
Klaim Oversubscribed
Isu kelebihan permintaan green bonds PGEO pertama kali muncul dari sumber anonim investment banker. Pernyataan investment banker anonim tersebut lantas ditanggapi oleh beberapa kalangan antara lain DPR, pengamat dan analis pasar modal.
Namun belakangan muncul rilis media dari pesan elektronik perseroan soal klaim oversubscribed. “Terkait informasi itu bisa dicek kepada joint lead underwriters,” ujarnya.
- Menerima Sisi Gelap Diri Melalui Shadow Work
- Nasabah BSI Dinilai Layak Dapat Kompensasi
- Batas ARB Saham jadi 15 Persen Mulai Juni 2023, Begini Saran Pengamat untuk Investor
Rumor kelebihan permintaan dalam penerbitan green bonds PGEO muncul setelah cucu usaha Pertamina tersebut memangkas target emisi dari US$600 – 800 juta menjadi hanya US$400 juta. Padahal kelebihan permintaan diklaim mencapai 8,25x mencapai US$3,3 miliar.
Saat ini, paparnya, PGEO telah menerbitkan surat utang berwawasan hijau alias green bonds di luar wilayah Indonesia sebesar US$400 juta atau sekitar Rp6 triliun dengan kupon 5,15% per tahun yang jatuh tempo pada 2028.
Refinancing
PGEO bakal menggunakan dana hasil emisi obligasi untuk melunasi seluruh sisa utang jangka pendek (refinancing) sebesar US$600 juta yang akan jatuh tempo pada 23 Juni 2023. Namun, perseroan memangkas nilai emisi obligasi menjadi hanya sebesar US$400 juta dari target sebelumnya US$600-800 juta. “Seluruhnya untuk bayar utang.”
- GPF Lepas 1,1 Miliar Lembar Saham untuk Karyawan dan Konsultan GoTo
- Erick Thohir Pastikan BUMN Dapat Mempercepat Penetrasi Kendaraan Listrik di Indonesia
- 3 Tips Simple Mengatur Waktu ala Maudy Ayunda
Sementara itu, dalam laporan keuangannya perseroan menyatakan per 31 Desember 2022, perseroan memiliki saldo modal kerja negatif senilai US$424.475. Modal kerja negatif menunjukkan bahwa utang lancar perseroan lebih besar dibandingkan dengan aset lancarnya.
Pada saat bersamaan, total utang PGE tercatat mencapai US$943,28 juta terdiri dari pinjaman bank jangka panjang setelah dikurangi bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun senilai US$327,7 juta. Sedangkan utang jangka pendek atau utang lancar perseroan tercatat masih sekitar US$615,58 juta.