Mandiri Sekuritas Prediksi IHSG Tembus 7.800 pada Akhir 2022, Ini Faktor Penyebabnya
- PT Mandiri Sekuritas memprediksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menyentuh 7.800 di akhir tahun 2022.
Korporasi
JAKARTA – PT Mandiri Sekuritas memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat menyentuh 7.800 di akhir tahun 2022.
Head of Equity Analyst Mandiri Sekuritas Adrian Joezer mengatakan kenaikan IHSG tersebut didukung oleh pertumbuhan Earning per Share (EPS) yang di atas 20%. Selain itu, pemulihan pandemi COVID-19 yang semakin baik menuju endemi. Kemudian, commodity boom yang diharapkan dapat berujung kepada peningkatan konsumsi. Sehingga, memicu terjadinya capex cyle dan labor rehiring pada semeseter kedua 2022.
"Hal penting lainnya adalah faktor ketahanan ekonomi Indonesia external risk seperti neraca perdagangan kuat, external debt to gross domestic product (GDP) sehat, kondisi likuiditas domestik yang baik, dan juga tingkat inflasi yang masih terjaga," kata Adrin, dikutip dari keterangan resmi, Sabtu, 25 Juni 2022.
- Peduli Lingkungan, Jayamix by SCG Tanam 1.972 Mangrove di Pesisir Jakarta
- Kereta Api Sawahlunto-Muoro Kalaban akan Segera Beroperasi Kembali
- Angel Lelga Jadi Korban Penipuan Investasi Bodong Token Kripto, Ternyata Ia Bukan Pemilik Angel Token
- 10 Negara dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia
Di sisi lain, Volatilitas global diproyeksikan masih terus berlangsung, namun dengan valuasi saham yang tidak terlalu mahal, pertumbuhan EPS yang tinggi, kondisi likuiditas domestik yang didukung oleh neraca perdagangan yang positif, dan real yield yang masih positif dan relatif tinggi ke negara-negara lain. Sehingga, membuat Indonesia lebih resilient menghadapi risiko eksternal.
Sementara itu, Head of Fixed Income Analyst Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan pasar obligasi Indonesia mengalami kenaikan yield akibat foreign fund outflow. Sedangkan, dukungan investor domestik untuk obligasi pemerintah yang tinggi, membuat pasar obligasi indonesia cukup resilient.
"Dukungan investor domestik kepada obligasi pemerintah akan terus solid karena faktor likuiditas rupiah yang masih melimpah. Secara umum, terjadi pertumbuhan pada kredit perbankan sebesar 9 persen dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mengalami kenaikan 10 persen," tambah Handy.