Mandiri Syariah Bukukan Laba Rp719 Miliar, Ini Faktor Pendorongnya
JAKARTA – PT Bank Syariah Mandiri atau Mandiri Syariah membukukan laba bersih Rp719 miliar pada semester I 2020. Laba tersebut naik 30,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mengungkapkan, kenaikan laba ditopang oleh pendapatan margin dan layanan digital. “Fokus strategi customer centric dan customer solutions berhasil menopang kinerja […]
Industri
JAKARTA – PT Bank Syariah Mandiri atau Mandiri Syariah membukukan laba bersih Rp719 miliar pada semester I 2020. Laba tersebut naik 30,53% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama Mandiri Syariah Toni EB Subari mengungkapkan, kenaikan laba ditopang oleh pendapatan margin dan layanan digital.
“Fokus strategi customer centric dan customer solutions berhasil menopang kinerja perseroan selama pandemi sehingga dapat mencatatkan pertumbuhan positif,” ujarnya dalam siaran tertulis yang diterima TrenAsia.com, Rabu, 26 Agustus 2020.
- 11 Bank Biayai Proyek Tol Serang-Panimbang Rp6 Triliun
- PTPP Hingga Mei 2021 Raih Kontrak Baru Rp6,7 Triliun
- Rilis Rapid Fire, MNC Studios Milik Hary Tanoe Gandeng Pengembang Game Korea
- Anies Baswedan Tunggu Titah Jokowi untuk Tarik Rem Darurat hingga Lockdown
- IPO Akhir Juni 2021, Era Graharealty Dapat Kode Saham IPAC
Di samping itu, laba tersebut juga ditopang oleh keberhasilan dalam menghimpun dana pihak ketiga (DPK). Hingga akhir Juni 2020, DPK Mandiri Syariah menyentuh angka Rp101,78 triliun. Nilai tersebut mengalami pertumbuhan 16,52% dibandingkan Rp87,36 triliun per Juni 2019.
Adapun low cost fund yang dihasilkan sebesar 57,93%, berasal dari kontribusi pertumbuhan tabungan 72,11%. Pertumbuhan DPK tersebut juga mendorong aset Mandiri Syariah per akhir Juni 2020 mencapai Rp114,4 triliun atau naik 13,26 persen dari Juni 2019 sebesar Rp101,01 triliun. Pencapaian tersebut, kata Toni, memperkuat posisi Mandiri Syariah sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, pada periode ini tercatat sebesar Rp75,61 triliun, tumbuh 5,8% dari Juni 2019 yang sebesar Rp71,47 triliun. Penyaluran pembiayaan ini diimbangi oleh, non performing financing (NPF) secara net sebesar 0,88%, turun dibandingkan 1,21% per Juni 2019. NPF gross juga turun dari 2,89% di Juni 2019 menjadi 2,57 % per Juni 2020.
Toni mengungkapkan, perseroan juga memberikan restrukturisasi sebagai bentuk dukungan pada nasabah terdampak COVID-19. Hingga Juni 2020, nilai restrukturisasi mencapai Rp7,1 triliun diberikan kepada lebih dari 29.000 nasabah di seluruh Indonesia, di mana 42% diantaranya merupakan nasabah segmen UMKM. Saat ini, lanjutnya, proses restrukturisasi masih berjalan sesuai dengan regulasi POJK No.11/POJK.03/2020.